Pertama, rebana tanpa krincingan (semacam simbal kecil). Maka pendapat mu'tamad dalam madzhab;
a) Jika untuk acara nikah dan walimah khitan, maka hukumnya mubah secara mutlak.
b) Acara lain selain walimah nikah atau khitan, hukumnya juga mubah, hanya saja yang lebih utama tidak dilakukan (al-aula tarkuhu)
Kedua, rebana dengan krincingan. Maka dalam internal madzhab Syafii ada khilaf;
a) Al-Adzro'i melarangnya, karena ada simbal.
b) Ibnu Hajar A-Haitamiy menghukumi mubah juga, dengan alasan simbal disitu tidak berdiri sendiri, namun ikut rebana. Dimana kalau rebana tidak ditabuh, simbal tidak akan berbunyi.
***
REBANA TANPA KRINCINGAN
Ibnu Hajar menyampaikan dalam Kaff Ar-Ro'aa';
المعتمد في مذهبنا أنه حلال بلا كراهة في عرس و ختان، و تركه أفضل و هذا حكمه في غيرهما، فيكون مباحا أيضا على الأصح في المنهاج و غيرهما
"Pendapat mu'tamad madzhab kami (Syafiiyyah), bahwa rebana adalah halal ketika pesta pernikahan dan khitan. Dan hukum di selain keduanya, mubah namun lebih utama jika tidak dilakukan. Ini pendapat paling shahih dalam kitab Al-Minhaj dan selainnya."[Hal, 56]
***
REBANA KRINCINGAN
Imam Ar-Rōfi'i dan An-Nawawi (Syaikhon) berpendapat, jika di rebana itu ada jalājil, maka juga halal. Keduanya menyampaikan;
حيث أبحنا الدف فهو فيما إذا لم يكن فيه جلاجل، فإن كانت فيه فالأصح حله أيضا
"Ketika kami berikan hukum mubah terhadap rebana, maka ini berlaku jika tidak ada jalajil. Namun jika di rebana ada jalajil, pendapat yang paling shahih juga tetap halala."[Hal, 59]
Imam Al-Adzro'i memperinci lebih detail lagi, apa yg dimaksud dengan kata jalājil ini. Karena para fuqoha sebelum Syaikhōn, yaitu Imam Al-Ghozali dan penulis Al-Hawi As-Shoghir, yg menyinggung jalājil ini pun tidak menjelaskan apa makna jalājil.
Maka menurut Al-Adzro'i, kita lihat jalājil ini, ada dua tafsiran. Tafsiran pertama kata beliau;
وضع حلق من حديد داخل إطار شبه السلاسل فقريب
"Meletakkan lingkaran besi di dalam rangka rebana, seperti rantai, maka ini tidak masalah."Adapun jalajil dengan tafsiran kedua, maka beliau menyatakan;
اتخاذ صنوج لطاف توضع في خروق تفتح لها جوانب الدف فممنوع، لأنها أشد إطرابا و تهييجا من كثير من الملاهي
"Meletakkan simbal kecil di lubang yang ada di sisi-sisi rebana, maka ini terlarang. Karena hal tersebut lebih membuat (pendengarnya) bergoyang daripada kebanyakan alat-alat lain." [Idem]Namun, Ibnu Hajar Al-Haitamiy menguatkan pendapat Syaikhoin, alasannya adalah keberadaan jalājil disini, meski dia adalah simbal kecil, dia tidak berdiri sendiri, tapi ikut dalam duff yg mubah. Maka kaidah mengatakan,
"Dimaafkan ketika dia jadi pengikut, dan tidak dimaafkan ketika dia berdiri sendiri."
Beliau menyampaikan;
و المعتمد كلام الشيخين و الأوجه كلام الحاوي الصغير. و يفرق بينه و بين بقية الصنوج بأنها هنا تابعة للدف و يغتفر في التابع ما لا يغتفر في المستقل
"Dan pendapat mu'tamad dalam hal ini, adalah pendapat syaikhoin (Rofii dan Nawawi), dan yang paling kuat dari ucapan penulis Al-Hawi As-Shoghir.Dan perbedaan antara simbal di rebana dengan simbal umumnya, bahwa simbal rebana adalah pengikut dari rebana. Dan kaidah menyatakan, dimaafkan bagi pengikut dalam perkara yang tidak dimaafkan saat dia sendiri."
[Idem]
***
SIAPA YG MEMUKUL REBANA
Mu'tamad madzhab Syafii, memainkan rebana boleh bagi laki-laki maupun wanita. Meski Al-Hulaimiy dari ulama madzhab melarangnya, dan menyampaikan bahwa memainkan rebana hanya boleh bagi wanita saja. Tidak boleh dimainkan laki-laki. Namun As-Subkiy dalam Al-Halabiyyat membantah, dengan dalil hadits;
أعلنوا النكاح و اضربوا عليه بالدف
"Umumkan pernikahan dan pukullah rebana." [HR.Nasāi]Disitu perintah untuk memainkan menggunakan fiil amr (kata kerja) bentuk jamak mudzakkar (kolektif maskulin). Yg mengarahkan perintah main rebana kepada laki-laki, jadi bukan kekhususan wanita. Inilah yg dipilih oleh Ibn Hajar dan mengatakan;
و هو كما قال
"Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh As-Subkiy." [Hal, 60]Wallahu Ta'ala A'lam
***
Oleh Danang Santoso
Pengasuh Fiqhgram
Bedah Kitab Kaff Ar-Ro'aa' | 04#bedahkitab #fikihtematik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar