Sabtu, 28 Oktober 2023

,

Dalam hadits sayyidah Aisyah radhiyallah anha yang disebutkan oleh Al-Hafidz Abdul Ghoni Al-Maqdisi dalam Umdatul Ahkamnya, mengatakan;


كَانَ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - إذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ اغْتَسَلَ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدَيْهِ شَعْرَهُ، حَتَّى إذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ أَرْوَى  بَشَرَتَهُ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika mandi junub, beliau membasuh kedua tangannya, lalu berwudhu seperti wudhu untuk shalat, lalu beliau mandi, lalu menyela-nyela rambutnya, hingga ketika diperkiraan sudah basah seluruhnya, maka beliau menuangkan air ke atas kepalanya sebanyak tiga kali, lalub beliau membasuh tubuh yang lainnya."
[ Umdatul Ahkam hadits no.29, HR.Bukhari (272) dan Muslim (316) ]

Diantara faedah dari hadits ini adalah, bahwa dalam bersuci, baik wudhu atau mandi, cukup memperkirakan saja bahwa air sudah mengenai anggota tubuh secara sempurna. Tidak perlu mengecek satu persatu untuk mencapai derajat yakin, karena hal itu termasuk berlebihan dalam bersuci, dan bisa menghadirkan penyakit was-was. Oleh karenanya dalam hadits disebutkan "hingga ketika diperkirakan sudah basah seluruhnya".

Berkata Imam Al-Aththor Asy-Syafii dalam Al-Uddah fi Syarhil Umdah (206-207);

الظن يكون بمعنى العلم و بمعنى رجحان أحد الطرفين على الآخر مع الاحتمال ... مع أنه ؤكتفي بالظن في هذا الباب و ما شابهه و هو قائم في الحكم مقام القطع لأنا لو تعبدنا في ذلك لأدى إلى الحرج المشقة ثم إلى ترك المأمور. اه‍
"Dzon bisa bermakna yakin bisa bermaknz kemungkinan kuat dari dua kemungkinan ... serta bahwasanya cukup dzon (kemungkinan saja) dalam hal ini (mandi) dan masalah yang semisal, dan dzon disini berposisi seperti keyakinan. Karena seandainya kita dituntut yakin, maka akan mengarahka kepada keberatan dan kesulitan, bahkan bisa mengarah sampai meninggalkan perintah."

Al-Qolyubi dalam Hasyiyah Kanzur Roghibin Syarah Minhajut Tholibin juga menyebutkan;

و يكفي ظن غسلها و لا يشترط اليقين كما يدل عليه الحديث الحسن
"Dan cukup perkiraan dalam membasuh air pada anggota secara menyeluruh, tanpa harus mencapai derajat yakin, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits yang hasan."

Wallahu Ta'ala A'lam
#fikihhadits #faedahkajian

***

Jombang, 24 Oktober 2023
Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi
t.me/fiqhgram

📺 Lihat kajian Umdatul Ahkam secara lengkap disini >>  Kajian Kitab Umdatul Ahkam
,

Dalam Bulughul Maram, Al-Hafidz Ibnu Hajar membawakan satu riwayat hadits;


وَلِلْحَاكِمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ مَرْفُوعًا: «إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الشَّيْطَانُ، فَقَالَ: إِنَّكَ أَحْدَثْتَ، فَلْيَقُلْ: كَذَبْتَ»، وَأَخْرَجَهُ ابْنُ حِبَّانَ بِلَفْظِ: «فَلْيَقُلْ فِي نَفْسِهِ»
"Dan dalam riwayat Al-Hakim dari Abu Said radhiyallahu anhu secara marfu' (( Jika setan datang kepada kalian lalu berkata; kamu hadats ! Maka katakanlah; engkau berdusta ! )) Dalam riwayat Ibnu Hibban (( Maka katakanlah dalam dirimu sendiri ))."

Hadits ini memiliki banyak pelajaran, dan salah satunya yang penting adalah penyakit was-was dalam beribadah kepada Allah Ta'ala. Baik dalam bersuci, shalat, atau ibadah lainnya. Hanya saja yang biasanya terjadi memang dalam bersuci dan shalat. Perlu kita fahami, keraguan (syak) dengan was-was ini memiliki perbedaan.

Diantara perbedaannya, bahwa keraguan (syak) ini berasal dari diri manusia sendiri, sedangkan was-was sumber utamanya adalah dari setan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Al-Quran;

من شر الوسواس الخناس * الذي يوسوس في صدور الناس
"Dari keburukan bisikan setan yang bersembunyi * Yang memberikan was-was dalam dada manusia."
[ QS An-Nas ayat 4-5 ]

Secara umum, kita bisa membedakan mana syak dan mana was-was ini dari dampak yang ditimbulkan terhadap ibadah kita. Jika terjadi jarang-jarang sehingga tidak sampai memberatkan ibadah kita, maka bisa jadi ini masih keraguan (syak) yang dibahas oleh ulama. Namun, jika sudah sampai derajat membuat ibadah itu berat dan payah, maka ini adalah was-was setan. Karena tidaklah setan melemparkan was-was kecuali untuk menjauhkan hamba dari Allah Ta'ala.

Maka jika seseorang tertimpa penyakit was-was. Sehingga kita lihat mungkin dia bolak-balik ke kamar mandi untuk wudhu misalnya. Atau berulang kali mengulang takbiratul ihram saat shalat. Atau setiap shalat pasti batal. Dan contoh-contoh lainnya yang berasal setan. Maka resep yang diberikan Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah dengan sikap i'rodh dan taghoful. I'rodh maksudnya berusaha berpaling dari was-was tersebut, serta meneguhkan hatinya dengan memberikan sugesti yang berlawanan dengan was-was. Taghoful maksudnya tidak memperhatikan kembali kepada was-was tadi, dan terus dengan ibadahnya.

Wallahu Ta'ala A'lam wa Ahkam
#fikihhadits #faedahkajian

***

Jombang, 25 Oktober 2023
Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi
t.me/fiqhgram

Simak faedah ini secara lengkap pada seri kajian fikih hadits Bulughul Maram ke-13 melalui link berikut >> Seri Kajian Kitab Bulughul Maram

Jumat, 27 Oktober 2023

,

Tatto terbagi menjadi dua dalam hal ini;


Pertama, tato yang dibuat dengan melukai kulit hingga mengeluarkan darah. Lalu diberikan tinta tato ke luka tersebut hingga darahnya bercampur dengan tinta dan mengering.

Kedua, tinta yang dibuat tanpa mengeluarkan darah. Seperti dengan laser atau tempel.

**

Maka, untuk tinta jenis pertama ini menjadi problem bagi seorang muslim yang wajib shalat. Pasalnya, darahnya tersebut bercampur dengan tinta yg menempel pada tubuhnya. Sehingga tinta tadi hukumnya pun najis karena bercampur najis.

Konsekuensinya, dia wajib untuk menghilangkan tatonya tadi. Jika tidak, membuat shalatnya tidak sah karena pada badannya ada benda najis yang menempel (mahmūl bihi).

Namun hukum kewajiban ini menjadi gugur dalam beberapa kondisi;

Pertama, jika dikhawatirkan akan timbul efek buruk ketika dia menghilangkan tato. Seperti menimbulkan penyakit, atau membuat penyakit yg sudah dideritanya semakin parah atau semakin lama sembuh, atau meninggalkan bekas luka buruk di tempat-tempat yg biasa terlihat seperti wajah atau tangan. Diistilahkan dengan mahdzūrōt at-tayammum.

Kedua, jika dia adalah orang yang tidak ada kewajiban untuk shalat sama sekali. Misal anak kecil yang belum baligh atau orang yang hilang akal. Karena kewajiban menghapus ini berhubungan dengan keabsahan shalat.

Ketiga, jika tato berada pada tubuh jenazah, maka tidak ada kewajiban untuk menghilangkannya. Bahkan sebagaian fuqoha mengharamkannya, karena merusak kehormatan jenazah muslim.

Keempat, ketika mentato dalam kondisi terpaksa. Semisal berada di bawah tekanan dan ancaman orang lain. Diisitilahkan dengan muta'addi bihi. Hal ini menurut pendapat Syamsuddin Ar-Romli, maka boleh dihilangkan secara mutlak. Menurut Ibnu Hajar, tidak ada beda sama sekali, entah tato dengan suka rela atau paksaan, maka dilihat apakah ada kemudaratan atau tidak saat dihilangkan.

Kelima, kondisi tato sudah tertutup dengan daging atau kulit yang baru, maka tidak wajib. Hanya saja ini berlaku bagi orang yang bertato karena paksaan bukan karena sukarela.

***

Dalam Muqoddimah Hadromiyyah disebutkan;

و تجب إزالة الوشم إن لم يخف محذورا من محذورات التيمم

"Dan wajib menghilangkan tato jika tidak khawatir kemudhorotan yang memperbolehkan tayammum."

Dalam Al-Manhaj Al-Qowim (Cet.Nurul Huda Surabaya, hal.51) disebutkan;

و تجب إزالة الوشم لحمله نجاسة ... إن لم يخف محذورا من محذورات التيمم .. وإن لم يتعدى به بأن فعل به مكرها و هو غير مكلف خلافا لجمع
"Dan wajib menghilangkan tato karena dia dihukumi membawa najis ... jika tidak dikhawatirkan kemudorotan yang memperbolehkan tayammum .. dan ini berlaku jika mentato ghoiru muta'addi; dimana dia mentato karena paksaan atau bukan mukallaf, berbeda dengan pendapat sebagian ulama lain.

Sedangkan dalam Busyrol Karīm (cet.Darul Mukhtar Surabaya, hal.90) disebutkan;

و إن لم تجب إزالته مطلقا عند رم و في التحفة تجب إن لم يخف حصول مشقة و إن لم تبح التيمم و حيث لم تجب إزالته يعفى عنه
"(Bagi muta'addi ) dan tidak wajib menghilangkan tato secara mutlak menurut Imam Romli, dan dalam Tuhfah Ibnu Hajar, tetap wajib menghilangkan jika tidak khawatir adanya kesulitan, dan jika tidak menimbulkan mudorot tayammum. Dan jika tidak wajib menghilangkannya, maka dia dimaafkan."

***

Adapun jenis tato yang kedua, maka yang tampak dia tidak mempengaruhi keabsahan shalat sama sekali, sehingga tidak wajib untuk menghilangkannya. Namun tetap berdosa karena tasyabbuh (menyerupai) ciri-ciri khusus orang fasiq.

Wallahu Ta'ala A'lam

Jombang, 12 Safar 1445
Abu Harits Al-Jāwi

t.me/fiqhgram

#fikihsyafii #fikihshalat #muqoddimahhadromiyyah

Kamis, 12 Oktober 2023

,


KHUTBAH PERTAMA

إن الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل هادي له، وأشهد أن لا إله إلا لله، وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون ﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾ ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾

اللهم صل و سلم على نبينا و حبيبنا محمد و على آله و صحبه و من سار على نهجه إلى يوم الدين، أما بعد

 

Kembali kita bersyukur kepada Allah Ta’ala, yang telah memberikan karunia dan kebaikan kepada seluruh alam semesta, dengan diutusnya Rasulillah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dengan membawa risalah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada baginda Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam, sang penebar kebaikan ke alam semesta. Dan pada kesempatan yang spenuh berkah ini, marilah kita memanfaatkannya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan ibadah dan ketaatan dengan sebaik-baiknya.


Ma’asyiral muslimin jamaah sidang jum’at rahimani wa rahimakumullah

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran;


وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang beriman laki-laki maupun perempuan sebagian mereka adalah wali-wali untuk sebagian yang lain. Mereka mengajak kepada kebenaran, melarang dari kemunkaran, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itulah yang Allah Ta’ala akan berikan rahmat. Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Perkasa Maha Bijaksana.”

 

Apakah yang dimaksud bahwa orang mukmin itu wali bagi mukmin lainnya ? Al-Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya mengatakan;

قوله تعالى {و المؤمنون و المؤمنات بعضهم أولياء بعض} في الدين و اتفاق الكلمة و العون و النصرة

“Firman Allah {Dan orang-orang beriman laki-laki maupun perempuan sebagian mereka adalah wali-wali untuk sebagian yang lain} yaitu dalam agama, persatuan kalimat, pertolongan, dan pembelaan.”

 

Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan maksud menjadi wali bagi sesama mukmin dengan mengatakan;

{بعضهم أولياء بعض} أي يتناصرون و يتعاضدون

“{Menjadi wali bagi sebagian yang lain} Maksudnya adalah mereka saling menolong dan saling menguatkan.”

 

Ma’asyiral muslimin jamaah sidang jum’at rahimani wa rahimakumullah

    Inilah salah satu sifat yang seharusnya dimiliki oleh orang yang beriman. Hati mereka harusnya saling terpaut. Berbagi kegembiraan dan juga rasa sakit. Saling menolong, membantu, mensupport, menguatkan untuk sesama muslim. Dimanapun seorang muslim itu berada, siapapun dia, apapun jenis kulit, ras, atau sukunya. Karena kita kaum muslimin tidak dipersatukan dengan bahasa, tidak dipersatukan dengan suku, tidak dipersatukan dengan kebangsaan. Namun kita dipersatukan dengan kalimat tauhid. Dipersatukan dengan keimanan kita kepada Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang masyhur;

 

إن المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا

“Sesungguhnya orang mukmin satu dengan yang lainnya itu seperti satu bangunan, yang saling menguatkan.”

 

Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

ترى المؤمنين في تراحمهم و توادهم و تعاطفهم كمثل الجسد إذا اشتكى عضوا تداعى له سائر جسده بالسهر و الحمى

“Engkau melihat orang-orang beriman dalam masalah saling menyayangi, saling mengasihi, saling berlemah lembut, itu seperti satu tubuh. Jika ada satu bagian yang mengeluh sakit, maka akan berdampak kepada anggota tubuh yang lain dengan tidak bisa tidur dan demam.”

 

Maka diakhir-akhir ini, kembali kita melihat konflik saudara-saudara kita kaum beriman di Palestine memanas. Saudara-saudara kita meninggal, ada yang terluka. Rumah dan kampung mereka kembali hancur. Terlepas dari masalah politik atau hal lain yang ada pada mereka yang mungkin kita tidak mengetahui hakikat kebenarannya. Namun yang jelas adalah satu, disana mereka kaum mukminin sedang melawan orang kafir. Cukuplah kiranya kita merenung sejenak tentang sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam berikut;


لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه أو قال لجاره ما يحب لنفسه

“Tidak beriman seorang dari kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya -atau tetangganya- seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.”


أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات و استغفروه إنه هو الغفور الرحيم

 

 

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهر له على الدين كله و كفى بالله شهيدا، أشهد أن لا إلـه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. صلوات الله و سلامه عليه و على آله و صحبه أجمعين. فيا عباد الله اتقوا ربكم و تزودوا فإن خير الزاد التقوى. 

Ma’asyiral muslimin jamaah sidang jum’at rahimani wa rahimakumullah

Termasuk hak sesama muslim adalah mendoakan kebaikan bagi mereka. Maka pada waktu yang diberkahi ini, mari kita memohon kepada Allah Ta’ala untuk memberikan yang terbaik bagi saudara-saudara kita sesama kaum muslimin bagi di Palestine, Suriah, atau di negeri-negeri lain, termasuk juga di negeri kita sendiri. Agar diberikan kebaikan, keberkahan, serta pahala atas segala macam musibah yang menimpa.

 

إن الله و ملائكته يصلون على النبي يايها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما اللهم صل و سلم على محمد و على آل محمد و الحمد لله رب العالمين

اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات

ربنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكونن من الخاسرين. اللهم اغفر لنا ذنوبنا و كفر عنا سيئاتنا و توفنا مع الأبرار. اللهم أمنا في أوطاننا و أصلح ولاة أمورنا. اللهم اجعل هذا البلد آمنا و اجنبنا و بنينا أن نعبد الأصنام.

اللهم انصر إخاننا المجاهدين و المستضعفين في فلسطين و في سوريا و في اليمن و في سائر بلدان المسلمين. اللهم اشف مرضاهم اللهم ارحم موتاهم اللهم أوف أجورهم اللهم اجمع كلمتهم اللهم بارك لهم و لنا برحمتك يا أرحم الراحمين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار. و صلى الله على نبينا و حبيبنا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة ...


***

Jombang, 13 Oktober 2023

Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi

_

Download naskah khutbah jumat dengan format pdf dengan klik disini

Senin, 09 Oktober 2023

,
Al-Hāfidz Abdul Ghoni ibn Abdil Wāhid Al-Maqdisī Al-Hanbalī rahimahullah ta'ala dalam kitabnya Umdatul Ahkam menyebutkan hadits ke-22. Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu anhu berkata;

أَتَيْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ يَسْتَاكُ بِسِوَاكٍ رَطْبٍ , قَالَ: وَطَرَفُ السِّوَاكِ عَلَى لِسَانِهِ , وَهُوَ يَقُولُ: أُعْ , أُعْ , وَالسِّوَاكُ فِي فِيهِ , كَأَنَّهُ يَتَهَوَّعُ
"Aku mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau bersiwak dengan siwak yang basah, dan ujung siwak beliau di atas lidahnya sambil bersuara: Uuk... Uuk, dan siwak ada di mulut beliau, seolah akan muntah."
[ HR.Bukhari dan Muslim ]

***

Lafadz hadits;
و طرف السواك على لسانه
"dan ujung siwak berada di atas lidah beliau"

menunjukkan bahwa lidah juga disiwak-i. Dan tata cara bersiwak pada lidah adalah secara memanjang lurus, dan bukan menyamping. Berbeda halnya bersiwak pada gigi, maka dengan menyamping.
[ Busyrol Karīm Syarh Masāil Ta'līm (1/22) ]

Menguatkan hal ini apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (nomor 19.737), dari Abu Musa radhiyallahu anhu berkata;

دخلت على رسول الله صلى الله عليه و سلم و هو يستاك و هو واضع طرف السواك على لسانه يستن إلى فوق
"Aku bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau sedang bersiwak, dan beliau meletakkan ujung siwak di atas lidahnya, bersiwak ke arah atas."

فوصفه حماد؛ كأنه يرفع سواكه
Hammad (perawi hadits) menggambarkan; seolah beliau menganggkat siwaknya.

قال حماد؛ و وصف لنا غيلان قال؛ كان يستن طولا
Berkata Hammad; Ghoilan menggambarkan untuk kami; Bahwa beliau shallallahu alaihi wa sallam bersiwak memanjang.

***

Dan seseorang sudah dianggap bersiwak, dengan alat apapun yg kasar. Namun yang utama dengan kayu arōk. Maka, sikat gigi modern hari ini bisa dianggap sebagai siwak juga, meski tanpa pasta gigi. Adapun pencuci mulut (mouthwash), maka tidak dianggap bersiwak. Berkata Imam Nawawi dalam Roudhotut Tholibin (1/56);

و يحصل السواك بخرقة و كل خشن مزيل لكن العود أولى و الأراك منه أولى
"Dan dianggap siwak; dengan kain atau setiap yang kasar yang bisa menghilangkan kotoran. Akan tetapi dengan batang kayu lebih utama, dan kayu arōk lebih utama lagi."


Wallahu Ta'ala A'lam


Jombang, 4 Oktober 2023
Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi


#fikihhadits #umdatulahkam #fikihibadah

***
🎞 Ikuti seri kajian fikih hadits kitab Umdatul Ahkam min Kalām Khoiril Ānām karya Al-Hāfidz Abdul Ghoni Al-Maqdisī (w.600 H), hanya di channel youtube Fiqhgram berikut ⬇️

Youtube Fiqhgram