Kamis, 16 September 2021

,

 


KHUTBAH PERTAMA

بسم الله الرحمن الرحيم

إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئة أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له. أشهد أن لا إلـه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله.


﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ و ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾ و ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾، أما بعد؛


فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي النبي ﷺ و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار


Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah


Marilah kita bersyukur kepada Allah pada kesempatan siang ini, atas nikmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga Allah ringankan kaki kita, Allah gerakkan hati kita untuk mendatangi rumah-Nya dalam rangka melaksanakan ibadah yang agung, yaitu mendengarkan khutbah Jum’at dan dilanjutkan dengan shalat Jum’at secara berjamaah. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada yang mulia baginda Rasulillah sebagai satu-satunya sosok yang tidak kita bantah perintah dan larangannya, dan juga sebagai teladan yang pertama dan utama. Dan marilah kita tingkatkan rasa iman dan taqwa kepada Allah dalam kesempatan yang singkat ini, dengan mendengarkan nasihat yang baik dari kalamullah, dari hadits-hadits Rasulullah.


Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah


            Diantara perkara yang Allah ciptakan dan tentukan di atas kehidupan dunia ini adalah keburukan dan kebaikan, kesialan dan keberuntungan. Allah berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap jiwa pasti merasakan kematian, dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah dan kepada Kami kalian kembali.” [ QS Al-Anbiya : 25 ]


Allah ciptakan keburukan dan kesialan adalah sebagai ujian sebagaimana dalam ayat diatas; dengan berbagai macam hal yang dibenci dan tidak disenangi. Dan Allah sebutkan rahasia dibalik ini semua; agar supaya hamba tersebut hanya kembali kepada dalam segala keadaan. Baik kebaikan atau keburukan, keberuntungan atau kesialan, semuanya dia pasrahkan dan kembalikan kepada Allah . Karena Dia-lah satu-satunya Dzat yang bisa memberikan itu semua, dan tidak ada satu pun makhluk yang bisa memberikan kemanfaatan atau kemudhorotan kecuali hanya dengan izin Allah .


Oleh karenanya, Rasulullah pun membenci kalau ada orang yang tidak mengembalikan perkara kebaikan dan keburukan kepada Allah . Yang malah menisbatkan hal tersebut kepada selainnya. Termasuk kesialan-kesialan yang terjadi. Pada zaman Jahiliyah, orang-orang menisbatkan hal-hal sial kepada selain Allah  yang tidak dijelaskan sama sekali oleh syariat bahwa hal tersebut membawa kesialan. Sebagaimana dalam hadits yang shahih, Rasulullah bersabda :

لا عدوى و لا طيرة و لا هامة و لا صفر ( و زاد مسلم ) و لا نوء و لا غول

“ Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, shofar, nau’, dan ghoul.” [ HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallah anhu ]


Dalam hadits ini, Nabi menolak beberapa praktek masyarakat Jahiliyah dalam menisbatkan keburukan atau kebaikan kepada selain Allah . Yang pertama adalah ‘adwa, yaitu keyakinan bahwa penyakit menular itu bisa menular dengan sendirinya tanpa ada izin dari Allah . Yang kedua adalah thiyarah, yaitu menggantungkan nasib kepada burung. Dimana jika akan melaksanakan sesuatu, mereka akan melepaskan burung tertentu; jika burung tersebut terbang ke arah kanan maka mereka meyakini bahwa ini tanda keberuntungan dan mereka pun melaksanakan hajatnya. Dan jika burung tersebut terbang ke arah kiri, maka mereka pun meyakini bahwa ini adalah tanda kesialan dan mereka pun tidak jadi melaksanakan hajatnya. Yang ketiga adalah hamah, yang ini adalah salah satu keyakinan orang Jahiliyah dimana jika ada burung hantu yang berada di atas rumah salah seorang, maka mereka meyakini itu adalah tanda kematian salah satu penghuni tersebut. Yang keempat adalah shofar, yaitu keyakinan orang Jahiliyah bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Yang kelima  adalah nau’, yaitu keyakinan bahwa bintang ini menyebabkan kebaikan, sedang bintang itu menyebabkan kesialan. Yang kelima adalah ghoul, yang mana ini aslinya adalah nama jenis jin yang menyesatkan para musafir, dan sejatinya tidak seseorang itu bisa disesatkan oleh jin kecuali memang dia jauh dari Allah .

[ Lihat Bughyatul Mustafid fi Syarh Kitabut Tauhid, Dr.Manshur ibn Muhammad Sho’qub, (Riyadh : Daarul Aqidah), hal.281-290 ]


Demikianlah beberapa praktek keyakinan masyarakat Jahiliyah di zaman Rasulullah yang beliau larang. Dan ini merupakan bentuk penjagaan terhadap kemurnian dan kepasrahan kita kepada Allah . Dimana tidaklah boleh kita merasa atau meyakini bahwa salah satu dari makhluk Allah adalah tanda dari keberuntungan atau kesialan kecuali dengan dua syarat :


1. Hal tersebut dijelaskan oleh syariat, baik dari ayat Al-Qur’an ataupun hadits-hadits Nabi . Sebagaimana contohnya adalah meyakini keberkahan dan kebaikan akan turun dengan membaca Al-Quran. Allah berfirman :

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“ Dan ini adalah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan yang memiliki keberkahan yang maka ikutilah kitab tersebut semoga kalian mendapatkan rahmat.” [ QS Al-An’am : 155 ]


2. Hal tersebut sudah terbukti secara ilmiyah dan teruji, maka ini masuk dalam ranah hukum kausalitas /  hukum sebab akibat. Misalkan jika ada seseorang memasukkan tangganya kedalam api maka terbakar, atau bahwa turunnya hewan-hewan dari gunung adalah tanda akan bencana seperti gempa atau gunung meletus.


Adapun jika tidak memenuhi kedua syarat di atas, maka meyakini  sesuatu adalah tanda dari sebuah keberuntungan atau kesialan adalah dilarang.


أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

 

KHUTBAH KEDUA


الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا و يرضى، أشهد أن لا إلــه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن نبينا محمدا صلى الله عليه و سلم رسوله. ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾، و بعد ؛


Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah


Jika demikian, maka betapa banyak bentuk-bentuk merasa sial atau beruntung di zaman yang modern ini yang sejatinya sudah dilarang oleh Nabi sejak lebih dari 14 abad yang lalu. Seperti ramalan zodiak yang bergantung pada bintang, ini sejatinya adalah adalah jenis nau’ yang tersebut dalam hadits. Juga merasa sial karena ada burung hantu atau dares di atap rumah, atau merasa sial karena menabrak kucing, atau merasa sial karena terjatuhi cicak, atau merasa sial dengan angka 13, merasa sial di bulan Syuro, dan yang semisalnya. Atau berharap keberuntungan dengan menerbangkan burung merpati, dan semisalnya. Ini semua adalah keyakinan yang selayaknya seorang muslim tidak boleh meyakininya. Karena hati seorang muslim hanya bergantung kepada Allah dalam segala macam keberuntungan dan kesialan.


إن الله و ملائكته يصلون على النبي يآيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليماً، اللهم صل على محمد و على آل محمد كما صليت على إبراهيم و على آله إبراهيم إنك حميد مجيد.


اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات.


ربنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكوننا من الخاسرين.


اللهم إنا نسألك حق التوكل عليك 3

x

اللهم أرنا الحق حقا و ارزقنا اتباعه و أرنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابه. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار.


و صلى الله على سيدنا محمد و آله و صحبه أجمعين. أقيموا الصلاة ...


Download naskah khutubah format pdf disini


Selasa, 14 September 2021

,
Diantara penyakit tertua manusia adalah lupa. Dan celakanya lagi, penyakit ini yg membuat Nabi Adam alaihissalam jatuh ke bumi dari segala macam kenikmatan surgawi. 

وَلَقَدۡ عَهِدۡنَاۤ إِلَىٰۤ ءَادَمَ مِن قَبۡلُ فَنَسِیَ وَلَمۡ نَجِدۡ لَهُۥ عَزۡمࣰا

"Dan kami telah mengikatkan perjanjian dengan Adam pada sebelumnya, lalu dia pun lupa dan Kami tidak mendapati dalam dirinya tekat yg kuat (kesabaran)."
[Surat Tha-Ha 115]

Kita pun melupakan Allah Ta'ala. Dan Allah telah memperingatkan kita. 

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِینَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

"Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah pun membuat mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Merekalah kaum yg fasiq."
[Surat Al-Hasyr 19]

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكۡرࣰا كَثِیرࣰا

"Wahai sekalian orang-orang yg beriman, ingatlah Allah dengan mengingat yg banyak."
[Surat Al-Ahzab 41]
 
Kitapun melupakan akhirat; kehidupan yg kelak akan kita tempati secara abadi. Dengan siksaan atau kenikmatan yg kekal, yg bahkan kita tak tahu mana yg akan kita dapat.

ٱلَّذِینَ ٱتَّخَذُوا۟ دِینَهُمۡ لَهۡوࣰا وَلَعِبࣰا وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۚ فَٱلۡیَوۡمَ نَنسَىٰهُمۡ كَمَا نَسُوا۟ لِقَاۤءَ یَوۡمِهِمۡ هَـٰذَا وَمَا كَانُوا۟ بِـَٔایَـٰتِنَا یَجۡحَدُونَ

"Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai senda gurau dan mainan, dunia telah menipu mereka. Maka pada hari itu (hari kiamat) Kami lupakan mereka sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan mereka di hari ini, dan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami."
[Surat Al-A'raf 51]

Kita pun lupa bahwa ternyata kita masih manusia. Makhluk Allah Ta'ala yg lemah, hina, dan tak sempurna. Seorang budak tuannya, yg sering lupa dengan tugas dan kewajibannya, sedangkan kita sering menuntut hak-hak dan keinginan yg beraneka rupa.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mereka beribadah kepada-Ku."
[Surat Adz-Dzariyat 56]

Kita pun sering lupa ternyata kita masih di dunia. Ternyata kaki kita masih berpijak di bumi, dan langit di atas kita masih berwarna biru. 

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

"Dan carilah dari apa-apa yang telah Allah berikan kepadamu dari kampung akhirat, dan jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Dan jangan kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan."
[ Surat Al-Qashash, Ayat 77 ]

Berkata Al-Baghowi dalam tafsirnya :

 قَالَ مُجَاهِدٌ، وَابْنُ زَيْدٍ: لَا تَتْرُكُ أَنْ تَعْمَلَ فِي الدُّنْيَا لِلْآخِرَةِ حَتَّى تَنْجُوَ مِنَ الْعَذَابِ، لِأَنَّ حَقِيقَةَ نَصِيبِ الْإِنْسَانِ مِنَ الدُّنْيَا أَنْ يَعْمَلَ لِلْآخِرَةِ. 

"Berkata Mujahid dan Ibn Zaid : Jangan tinggalkan beramal di dunia untuk akhirat supaya kamu selamat dari adzab, karena hakikat bagian manusia dari dunia adalah dia beramal untuk akhirat."

Dan seringkali kita lupa dengan peringatan Allah dan rambu-rambu dari-Nya. 

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَیۡهِمۡ أَبۡوَ ٰ⁠بَ كُلِّ شَیۡءٍ حَتَّىٰۤ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَاۤ أُوتُوۤا۟ أَخَذۡنَـٰهُم بَغۡتَةࣰ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ

"Dan ketika mereka lupa terhadap peringatan yg diberikan, Kami buka atas mereka pintu-pintu segala kesenangan hingga ketika mereka bersenang ria atas apa yg Kami berikan, Kami siksa mereka seketika itu pula sedang mereka dalam kondisi berputus asa."
[Surat Al-An'am 44]

Mojokerto, 3 September 2021 M
Abu Hārits Al-Jāwi

Senin, 13 September 2021

,
Disunnahkan ketika awal hujan di musim penghujan untuk mandi hujan (bahasa Jawa : udan-udan). Berkata Imam Nawawi, disunnahkan ;

1. Mandi hujan ketika awal hujan di musim penghujan

2. Membuka pakaian yg tidak menutup auratnya, supaya terkena air hujan

3. Mandi & berwudhu dengan aliran air hujan

4. Bertasbih ketika mendengar petir (bahasa Jawa : gluduk) dan kilat

5. Tidak melihat ke arah kilat

6. Berdoa ketika turun hujan "Allahumma shoyyiban nāfi'a"

7. Berdoa dengan doa apapun (karena termasuk waktu mustajab ketika musim hujan, edt-) 

8. Berdoa setelah selesai hujan "Muthirnā bi fadhlillāh wa rohmatihi"

9. Dimakruhkan mengatakan ; telah turun hujan karena bintang ini, atau ucapan semisal

10. Dimakruhkan mencela angin

11. Jika timbul mudhorot dengan turunnya hujan (seperti banjir dan semisalnya), maka disunnahkan untuk meminta kepada Allah agar diangkat hujan tersebut dengan berdoa "Allahumma hawālainā wa lā 'alaina"

📖 [ Minhājut Thōlibin, Imam Nawawi, (Jakarta : Dārul Kutub Al-Islamiyyah ), cetakan pertama, 2013 M, hal. 64 ]

Oleh Abu Harits Al-Jawi