1. Safar adalah satu bagian dari siksaan tersendiri. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
2. Diperbolehkan bagi musafir untuk mengqoshor sholat dzuhur, ashar, dan isya menjadi 2 rakaat saja. Allah Ta'ala berfirman;
3.Untuk kebolehan qoshor sholat, ada beberapa syarat yang hendaknya diperhatikan. Diantaranya;
Pertama, jarak safar tidak kurang dari 4 burd / 16 farsakh. Jika dikonversikan setara dengan kurang lebih 84 km. Jika kurang, maka tidak boleh qoshor.
[HR.Bukhari, Malik, Asy-Syafii, Al-Baihaqi, dan selainnya secara mauquf kepada Ibnu Abbas & Ibnu Umar]
Kedua, kebolehan qoshor yg berlaku di tengah perjalanan adalah ketika sudah keluar dari sūr al-balad (pada hari ini bisa kita anggap sebagai batas kota). Oleh karenanya, sebelum keluar dari batas kota tidak boleh qoshor.
Ketiga, ketika sudah sampai di kota tujuan safar (sūr balad) masih boleh qoshor disana selama dia tinggal tidak lebih dari 3 hari di luar hari kedatangan dan hari kepulangan. Jika dia niat untuk tinggal ditujuan safar lebih dari itu, maka tidak boleh qoshor ketika sudah masuk batas kota tujuan.
Keempat, tidak bermakmum kepada orang yang shalat secara sempurna (empat rakaat). Atau kepada orang yang ragu apakah imamnya musafir atau bukan. Jika dia lakukan, maka tidak boleh shalat qoshor.
4. Diperbolehkan juga saat safar untuk jamak shalat (dzuhur dengan ashar, dan maghrib dengan isya'). Dengan syarat-syarat yang sama saat qoshor tadi.
5. Diantara rukhshoh atau kebolehan saat safar adalah, boleh tidak shalat jamaah, boleh tidak shalat jumat, boleh tidak puasa wajib, boleh mengusap di atas khuff.
6. Segala macam kebolehan dalam safar di atas adalah rukhshoh atau keringanan ibadah. Dan yang utama shalat secara biasa jika mudah dan memungkinkan, karena shalat sempurna adalah asal.
Wallahu Ta'ala A'lam
29 Desember 2022