Kamis, 04 November 2021

,




KHUTBAH PERTAMA 

بسم الله الرحمن الرحيم إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئة أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له. أشهد أن لا إلـه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ و ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾ و ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾، أما بعد؛ 
فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي النبي ﷺ و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار فيآ عباد الله اتقوا الله ربكم الذي أنعم عليكم و زادكم 

Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah 

Bersyukur kepada Allah ﷻ adalah suatu keharusan. Bersyukur kepada Allah ﷻ adalah suatu kewajiban. Bersyukur kepada Allah ﷻ adalah suatu adab mulia, dan memang sudah menjadi kepantasan. Bersyukur kepada Allah ﷻ itu harus, wajib, dan memang pantas bagi seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini, termasuk kita manusia. Allah berfirman ;
 
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا 

“Bertasbih kepada-Nya langit dan bumi dan apapun yang ada padanya. Dan tidak ada dari makhluk apapun kecuali dia bertasbih memuji-Nya akan tetapi kalian (manusia) tak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Lembut Maha Pengampun.” 
[ QS Al-Isra’ : 44 ] 


Semua yang ada di semesta ini, baik langit, bumi, tumbuhan, hewan, bintang, tanah, batu, air, udara, dan semua benda yang ada semuanya bersyukur dan memuji Allah ﷻ dengan caranya masing. Kita tidak mengetahuinya, tapi bukan berarti yang tidak kita ketahui itu tidak ada. 


Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah 


Kita sebagai manusia, juga tak pernah lepas dari yang namanya kenikmatan yang diberikan kepada Allah ﷻ . Hanya saja, kita ini sering lali. Lupa, jika kaki kita bukan kita yang membuat sendiri. Lupa jika tangan kita bukan kita yang membuat sendiri. Lupa jika seluruh tubuh kita bukan buatan kita sendiri. Dan apapun yang ada di dekat kita, atau yang kita seolah miliki, sejatinya semuanya adalah kenikmatan dan fasilitas yang Allah ﷻ berikan kepada kita untuk menghabiskan masa hidup di dunia. Maka sudah sepantasnya dan selayaknya kita harus bersyukur dan berterimakasih kepada Allah ﷻ atas segala nikmatnya. Bahkan, kesyukuran kita adalah sebuah kewajiban yang telah Allah ﷻ titahkan dan diabadikan di dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya ;


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ 
“Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari apa yang telah kami berikan kepada kalian berupa rezeki dan bersyukurlah kepada Allah jika kalian hanya beribadah kepada-Nya.” 
[ QS Al-Baqarah : 172 ] 


Bersyukur hanya kepada Allah ﷻ tidak kepada selainnya. Jika mendapatkan hasil panen yang bagus dan memuaskan, kita bersyukur kepada Allah ﷻ. Jika kita mendapatkan pekerjaan yang baik, kita bersyukur kepada Allah ﷻ . Jika kita mendapatkan kesehatan hingga hari ini, jika kita selamat dari marabahaya, jika kita disembuhkan dari penyakit, jika kita mendapatkan kebahagian dan rezeki, maka kita bersyukur kepada Allah ﷻ . Dan dengan yang demikian itu, maka insyaallah Allah ﷻ akan menambahkan keberkahan dan kebaikan kepada nikmat yang kita dapatkan. Allah ﷻ berfirman ; 

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ 
“Dan ingatlah kalian pada-Ku (Allah) dan bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kalian berbuat kufur.” 

[ QS Al-Baqarah : 152 ] 


Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah 

Maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam wujud bersyukur kepada Allah ﷻ , diantaranya ; 

1. Membalas kebaikan yang telah diberikan kepada orang lain, dan juga berbuat baik kepadanya. Nabi ﷺ bersabda ; 


مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ 
“Barangsiapa yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan kebaikan, jika tidak ada barang untuk membalas kebaikannya maka doakan kebaikan untuknya hingga kalian melihat bahwa kalian sudah membalas kebaikannya.” 
[ HR. Abu Dawud ] 


2. Dengan bertaqwa kepada Allah ﷻ sebagai pemberi segala nikmat. Dengan menjalankan ketaatan dan ibadah, dan menjauhi larangan. Allah ﷻ berfirman ; 


وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 
“Dan sungguh Allah telah menolong kalian di perang Badar sedangkan kalian dalam kondisi lemah, maka bertaqwalah kepada Allah semoga kalian mau bersyukur.” 
[ QS Ali Imron : 123 ] 


3. Dengan bersedekah, dan juga berdzikir. Rasulullah bersabda ; 


يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى 
“ Di pagi hari setiap persendian tulang manusia ada sedekahnya. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan dengan kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemunkaran adalah sedekah, dan mencukupi hal tersebut dengan 2 rakaat yang dikerjakan di waktu dhuha.” 
[ HR. Bukhari dan Muslim ] 


4. Dengan sujud syukur, khusus untuk nikmat yang besar yang jarang terjadi. Sahabat Abu Bakrah radhiyallahu anhu berkata ; 

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا لله 

“Adalah Nabi ﷺ jika mendapati hal yang menggemberikan beliau akan bersujud sebagai wujud syukur kepada Allah ﷻ “ [ HR. Abu Dawud ] 


أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و استغفروه إنه هو الغفور الرحيم. 


 KHUTBAH KEDUA 


الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا و يرضى، أشهد أن لا إلــه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن نبينا محمدا صلى الله عليه و سلم رسوله. ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾، و بعد ؛ 


Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah 


Sejatinya, ketika kita bersyukur kepada Allah ﷻ tak lain dan tak bukan adalah untuk kebaikan kita sendiri. Allah ﷻ berfirman ; 


وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ 
 “ ... Dan barangsiapa yang bersyukur sejatinya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur) maka sesungguhnya Rabb-ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” 
[ QS An-Naml : 40 ] 


Hal itu karena, ketika kita bersuyukur maka Allah ﷻ menambah nikmatnya kepada kita. Maka kebaikannya pun kembali kepada kita. Ketika kita bersyukur, maka Allah ﷻ berikan pahala dan siapkan surga, kebaikannya pun juga kembali kepada kita. Maka, harusnya kita ini malu, jika kita sudah diberikan segala macam kebaikan dan kenikmatan akan tetapi kita tetap lali dan tidak mau bersyukur kepada Allah


ﷻ إن الله و ملائكته يصلون على النبي يآيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليماً، اللهم صل على محمد و على آل محمد كما صليت على إبراهيم و على آله إبراهيم إنك حميد مجيد. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات. ربنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكوننا من الخاسرين. الله اجعلنا من عبادك الشكور. اللهم اجعلنا ممن إذا أعطي شكر و إذا ابتلي صبر و إذا أذنب تاب و استغفر. اللهم آمنا في أوطاننا و أصلح ولاة أمورنا. ربنا أتمم لنا نورنا و اغفر لنا إنك على كل شيء قدير و صلى الله على سيدنا محمد و آله و صحبه أجمعين. أقيموا الصلاة ...

Kamis, 07 Oktober 2021

,
Mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan yg digandrungi anak muda. Banyak hal yang bisa didapatkan ketika naik gunung. Diantaranya adalah pengalaman, dan perasaan senang juga puas ketika sudah mencapai puncak. Bahkan ada yang mengatakan kalau kita ingin menguji sifat asli teman kita ajaklah dia naik gunung. Akan tetapi ada adab-adab yang perlu diperhatikan sebagai seorang muslim ketika melakukan pendakian. Berikut beberapa panduan seorang muslim yang ingin mendaki gunung.

1. Meniatkan naik gunung karena Allah Ta'ala. Dan berniat untuk mendapatkan hal-hal berfaedah dalam agama. Misalnya untuk bisa mempraktekkan tayammum, mencari arah kiblat ketika sholat, melihat fajar shubuh dan lainnya. Juga bisa dengan niatan untuk menyehatkan tubuh supaya bisa semakin semangat dalam ibadah, atau ingin meningkatkan ukhwah persaudaraan sesama teman. Dan semisalnya.

2. Sebelum berangkat cek semua perlengkapan. Dan juga jangan lupa untuk membaca dzikir-dzikir juga doa sebelum berangkat. Diantara doa yang bisa dibaca antara lain :

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر،{سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ * وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ} اللهم إنا نسألُكَ في سفرنا هذا البرَّ والتقوى، ومن العمل ما ترضى، اللهم هون علينا سفرنا هذا واطو عنا بعده، اللهم أنت الصاحب في السفر، والخليفة في الأهل، اللهم إني أعوذ بك من وعْثاءِ السفر، وكآبة المنظر وسوء المنقلب في المال والأهل
[ HR. Muslim, lihat Hishnul Muslim ]

3. Berhati-hati di perjalanan. Tidak membahayakan pengendara lain di jalan dengan kebut-kebutan dan selainnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang hak-hak jalan :

غَضُّ الْبَصَر، وكَفُّ الأَذَى، ورَدُّ السَّلامِ، وَالأَمْرُ بالْمَعْروفِ، والنَّهْيُ عنِ الْمُنْكَرِ

"Menundukkan pandangan, menahan gangguan, menjawab salam, memerintahkan yg baik dan mencegah kemunkaran."
[ Muttafaq Alaih ]

4. Tidak naik gunung sendirian meski kita sudah tahu rutenya, akan tetapi ajaklah teman. Jika kita tidak faham rute pendakiannya maka ajaklah teman yang faham tentang rute yang akan ditempuh. Supaya tidak tersesat di jalan. Rasulullah shallallahi alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ ، مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ

"Kalau seandainya manusia tahu ketika dia sendirian, tentu dia tidak akan berjalan malam sendirian."
[ HR. Bukhari ]
Dalam hadits lain beliau bersabda :

الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ

"Penunggang sendiri adalah syetan, dua penunggang adalah dua syetan, dan tiga penunggang adalah orang dalam perjalanan."
[ HR. Tirmidzi dan dihasankan ]

5. Ketika melalui medan yang menanjak maka bertakbir dan bertasbih ketika melewati medan yang turun. Sebagaimana atsar dari sahabat Jabir ibn Abdillah radhiyallahu anhu :

كـُـنـّا إذا صعدنا كبـَّرنا، وإذا نزلنا سبَّحْـنا‏

"Dahulu kami jika naik maka bertakbir, jika turun kami bertasbih."
[ HR. Bukhari ]

6. Tidak memutar musik ketika di perjalanan. Atau melakukan perbuatan maksiat. Karena ini bisa mengundang setan yang bisa saja mereka akan menyesatkan pendaki ketika perjalanan. Termasuk dalam hal ini adalah berikhtilat ( bercampur baur ) antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditemani mahram juga tidak dalam kondisi darurat. Atau juga berkholwat ( berdua-duaan ) antara laki-laki dan perempuan yg bukan mahramnya.

7. Ketika sampai di tempat bermalam, maka membaca dzikir yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :

أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق

[ HR. Muslim ]

Dalam redaksi lain dengan lafadz yang lebih lengkap :
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ، مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ وَذَرَأَ وَبَرَأَ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنْ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الْأَرْضِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ
[ HR. Ahmad dan Thabrani, lihat Ash-Shahih Al-Jami' ]

8. Bertayammum jika berada di daerah gunung yang tidak ada sumber air ( seperti danau atau sungai ) di area bermalam kita. Jika ada sumber air maka tetap berwudhu kecuali jika memang cuaca sangat dingin sekali.

9. Boleh menjama' dan mengqashar shalat jika jarak yang ditempuh dari rumah ke tujuan ( puncak ) kurang lebih 86 km. Jika kurang dari itu maka shalat biasa tidak di qashar. Sebelum shalat pun hendaknya berusaha mencari arah kiblat, bisa dengan kompas atau melihat matahari. Dan memeriksa tempat dan pakaian kita tidak terkena najis sebelum shalat. Boleh memakai pakaian yang terkena debu perjalanan selama tidak terkena najis yang tidak dimaafkan.

10. Tidak buang air besar atau kecil di lubang-lubang tanah, di rute pendakian, di bawah pohon atau tempat berteduhnya para pendaki, dan di sumber air jika ada.

11. Membawa turun sampah ke bawah dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Karena menjaga kebersihan lingkungan termasuk salah satu ajaran dalam Islam.



Mojokerto, 6 Juli 2019
Abu Harits Al-Jawi Asy-Syafi'i

Kamis, 16 September 2021

,

 


KHUTBAH PERTAMA

بسم الله الرحمن الرحيم

إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئة أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له. أشهد أن لا إلـه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله.


﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ و ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾ و ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾، أما بعد؛


فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي النبي ﷺ و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار


Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah


Marilah kita bersyukur kepada Allah pada kesempatan siang ini, atas nikmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga Allah ringankan kaki kita, Allah gerakkan hati kita untuk mendatangi rumah-Nya dalam rangka melaksanakan ibadah yang agung, yaitu mendengarkan khutbah Jum’at dan dilanjutkan dengan shalat Jum’at secara berjamaah. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada yang mulia baginda Rasulillah sebagai satu-satunya sosok yang tidak kita bantah perintah dan larangannya, dan juga sebagai teladan yang pertama dan utama. Dan marilah kita tingkatkan rasa iman dan taqwa kepada Allah dalam kesempatan yang singkat ini, dengan mendengarkan nasihat yang baik dari kalamullah, dari hadits-hadits Rasulullah.


Ma’asyiral muslimin, jama’ah rahimakumullah


            Diantara perkara yang Allah ciptakan dan tentukan di atas kehidupan dunia ini adalah keburukan dan kebaikan, kesialan dan keberuntungan. Allah berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap jiwa pasti merasakan kematian, dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah dan kepada Kami kalian kembali.” [ QS Al-Anbiya : 25 ]


Allah ciptakan keburukan dan kesialan adalah sebagai ujian sebagaimana dalam ayat diatas; dengan berbagai macam hal yang dibenci dan tidak disenangi. Dan Allah sebutkan rahasia dibalik ini semua; agar supaya hamba tersebut hanya kembali kepada dalam segala keadaan. Baik kebaikan atau keburukan, keberuntungan atau kesialan, semuanya dia pasrahkan dan kembalikan kepada Allah . Karena Dia-lah satu-satunya Dzat yang bisa memberikan itu semua, dan tidak ada satu pun makhluk yang bisa memberikan kemanfaatan atau kemudhorotan kecuali hanya dengan izin Allah .


Oleh karenanya, Rasulullah pun membenci kalau ada orang yang tidak mengembalikan perkara kebaikan dan keburukan kepada Allah . Yang malah menisbatkan hal tersebut kepada selainnya. Termasuk kesialan-kesialan yang terjadi. Pada zaman Jahiliyah, orang-orang menisbatkan hal-hal sial kepada selain Allah  yang tidak dijelaskan sama sekali oleh syariat bahwa hal tersebut membawa kesialan. Sebagaimana dalam hadits yang shahih, Rasulullah bersabda :

لا عدوى و لا طيرة و لا هامة و لا صفر ( و زاد مسلم ) و لا نوء و لا غول

“ Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, shofar, nau’, dan ghoul.” [ HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallah anhu ]


Dalam hadits ini, Nabi menolak beberapa praktek masyarakat Jahiliyah dalam menisbatkan keburukan atau kebaikan kepada selain Allah . Yang pertama adalah ‘adwa, yaitu keyakinan bahwa penyakit menular itu bisa menular dengan sendirinya tanpa ada izin dari Allah . Yang kedua adalah thiyarah, yaitu menggantungkan nasib kepada burung. Dimana jika akan melaksanakan sesuatu, mereka akan melepaskan burung tertentu; jika burung tersebut terbang ke arah kanan maka mereka meyakini bahwa ini tanda keberuntungan dan mereka pun melaksanakan hajatnya. Dan jika burung tersebut terbang ke arah kiri, maka mereka pun meyakini bahwa ini adalah tanda kesialan dan mereka pun tidak jadi melaksanakan hajatnya. Yang ketiga adalah hamah, yang ini adalah salah satu keyakinan orang Jahiliyah dimana jika ada burung hantu yang berada di atas rumah salah seorang, maka mereka meyakini itu adalah tanda kematian salah satu penghuni tersebut. Yang keempat adalah shofar, yaitu keyakinan orang Jahiliyah bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Yang kelima  adalah nau’, yaitu keyakinan bahwa bintang ini menyebabkan kebaikan, sedang bintang itu menyebabkan kesialan. Yang kelima adalah ghoul, yang mana ini aslinya adalah nama jenis jin yang menyesatkan para musafir, dan sejatinya tidak seseorang itu bisa disesatkan oleh jin kecuali memang dia jauh dari Allah .

[ Lihat Bughyatul Mustafid fi Syarh Kitabut Tauhid, Dr.Manshur ibn Muhammad Sho’qub, (Riyadh : Daarul Aqidah), hal.281-290 ]


Demikianlah beberapa praktek keyakinan masyarakat Jahiliyah di zaman Rasulullah yang beliau larang. Dan ini merupakan bentuk penjagaan terhadap kemurnian dan kepasrahan kita kepada Allah . Dimana tidaklah boleh kita merasa atau meyakini bahwa salah satu dari makhluk Allah adalah tanda dari keberuntungan atau kesialan kecuali dengan dua syarat :


1. Hal tersebut dijelaskan oleh syariat, baik dari ayat Al-Qur’an ataupun hadits-hadits Nabi . Sebagaimana contohnya adalah meyakini keberkahan dan kebaikan akan turun dengan membaca Al-Quran. Allah berfirman :

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“ Dan ini adalah kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan yang memiliki keberkahan yang maka ikutilah kitab tersebut semoga kalian mendapatkan rahmat.” [ QS Al-An’am : 155 ]


2. Hal tersebut sudah terbukti secara ilmiyah dan teruji, maka ini masuk dalam ranah hukum kausalitas /  hukum sebab akibat. Misalkan jika ada seseorang memasukkan tangganya kedalam api maka terbakar, atau bahwa turunnya hewan-hewan dari gunung adalah tanda akan bencana seperti gempa atau gunung meletus.


Adapun jika tidak memenuhi kedua syarat di atas, maka meyakini  sesuatu adalah tanda dari sebuah keberuntungan atau kesialan adalah dilarang.


أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

 

KHUTBAH KEDUA


الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا و يرضى، أشهد أن لا إلــه إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن نبينا محمدا صلى الله عليه و سلم رسوله. ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾، و بعد ؛


Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah


Jika demikian, maka betapa banyak bentuk-bentuk merasa sial atau beruntung di zaman yang modern ini yang sejatinya sudah dilarang oleh Nabi sejak lebih dari 14 abad yang lalu. Seperti ramalan zodiak yang bergantung pada bintang, ini sejatinya adalah adalah jenis nau’ yang tersebut dalam hadits. Juga merasa sial karena ada burung hantu atau dares di atap rumah, atau merasa sial karena menabrak kucing, atau merasa sial karena terjatuhi cicak, atau merasa sial dengan angka 13, merasa sial di bulan Syuro, dan yang semisalnya. Atau berharap keberuntungan dengan menerbangkan burung merpati, dan semisalnya. Ini semua adalah keyakinan yang selayaknya seorang muslim tidak boleh meyakininya. Karena hati seorang muslim hanya bergantung kepada Allah dalam segala macam keberuntungan dan kesialan.


إن الله و ملائكته يصلون على النبي يآيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليماً، اللهم صل على محمد و على آل محمد كما صليت على إبراهيم و على آله إبراهيم إنك حميد مجيد.


اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات.


ربنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكوننا من الخاسرين.


اللهم إنا نسألك حق التوكل عليك 3

x

اللهم أرنا الحق حقا و ارزقنا اتباعه و أرنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابه. ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار.


و صلى الله على سيدنا محمد و آله و صحبه أجمعين. أقيموا الصلاة ...


Download naskah khutubah format pdf disini


Selasa, 14 September 2021

,
Diantara penyakit tertua manusia adalah lupa. Dan celakanya lagi, penyakit ini yg membuat Nabi Adam alaihissalam jatuh ke bumi dari segala macam kenikmatan surgawi. 

وَلَقَدۡ عَهِدۡنَاۤ إِلَىٰۤ ءَادَمَ مِن قَبۡلُ فَنَسِیَ وَلَمۡ نَجِدۡ لَهُۥ عَزۡمࣰا

"Dan kami telah mengikatkan perjanjian dengan Adam pada sebelumnya, lalu dia pun lupa dan Kami tidak mendapati dalam dirinya tekat yg kuat (kesabaran)."
[Surat Tha-Ha 115]

Kita pun melupakan Allah Ta'ala. Dan Allah telah memperingatkan kita. 

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِینَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ

"Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah pun membuat mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Merekalah kaum yg fasiq."
[Surat Al-Hasyr 19]

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكۡرࣰا كَثِیرࣰا

"Wahai sekalian orang-orang yg beriman, ingatlah Allah dengan mengingat yg banyak."
[Surat Al-Ahzab 41]
 
Kitapun melupakan akhirat; kehidupan yg kelak akan kita tempati secara abadi. Dengan siksaan atau kenikmatan yg kekal, yg bahkan kita tak tahu mana yg akan kita dapat.

ٱلَّذِینَ ٱتَّخَذُوا۟ دِینَهُمۡ لَهۡوࣰا وَلَعِبࣰا وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۚ فَٱلۡیَوۡمَ نَنسَىٰهُمۡ كَمَا نَسُوا۟ لِقَاۤءَ یَوۡمِهِمۡ هَـٰذَا وَمَا كَانُوا۟ بِـَٔایَـٰتِنَا یَجۡحَدُونَ

"Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai senda gurau dan mainan, dunia telah menipu mereka. Maka pada hari itu (hari kiamat) Kami lupakan mereka sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan mereka di hari ini, dan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami."
[Surat Al-A'raf 51]

Kita pun lupa bahwa ternyata kita masih manusia. Makhluk Allah Ta'ala yg lemah, hina, dan tak sempurna. Seorang budak tuannya, yg sering lupa dengan tugas dan kewajibannya, sedangkan kita sering menuntut hak-hak dan keinginan yg beraneka rupa.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mereka beribadah kepada-Ku."
[Surat Adz-Dzariyat 56]

Kita pun sering lupa ternyata kita masih di dunia. Ternyata kaki kita masih berpijak di bumi, dan langit di atas kita masih berwarna biru. 

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

"Dan carilah dari apa-apa yang telah Allah berikan kepadamu dari kampung akhirat, dan jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Dan jangan kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan."
[ Surat Al-Qashash, Ayat 77 ]

Berkata Al-Baghowi dalam tafsirnya :

 قَالَ مُجَاهِدٌ، وَابْنُ زَيْدٍ: لَا تَتْرُكُ أَنْ تَعْمَلَ فِي الدُّنْيَا لِلْآخِرَةِ حَتَّى تَنْجُوَ مِنَ الْعَذَابِ، لِأَنَّ حَقِيقَةَ نَصِيبِ الْإِنْسَانِ مِنَ الدُّنْيَا أَنْ يَعْمَلَ لِلْآخِرَةِ. 

"Berkata Mujahid dan Ibn Zaid : Jangan tinggalkan beramal di dunia untuk akhirat supaya kamu selamat dari adzab, karena hakikat bagian manusia dari dunia adalah dia beramal untuk akhirat."

Dan seringkali kita lupa dengan peringatan Allah dan rambu-rambu dari-Nya. 

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَیۡهِمۡ أَبۡوَ ٰ⁠بَ كُلِّ شَیۡءٍ حَتَّىٰۤ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَاۤ أُوتُوۤا۟ أَخَذۡنَـٰهُم بَغۡتَةࣰ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ

"Dan ketika mereka lupa terhadap peringatan yg diberikan, Kami buka atas mereka pintu-pintu segala kesenangan hingga ketika mereka bersenang ria atas apa yg Kami berikan, Kami siksa mereka seketika itu pula sedang mereka dalam kondisi berputus asa."
[Surat Al-An'am 44]

Mojokerto, 3 September 2021 M
Abu Hārits Al-Jāwi

Senin, 13 September 2021

,
Disunnahkan ketika awal hujan di musim penghujan untuk mandi hujan (bahasa Jawa : udan-udan). Berkata Imam Nawawi, disunnahkan ;

1. Mandi hujan ketika awal hujan di musim penghujan

2. Membuka pakaian yg tidak menutup auratnya, supaya terkena air hujan

3. Mandi & berwudhu dengan aliran air hujan

4. Bertasbih ketika mendengar petir (bahasa Jawa : gluduk) dan kilat

5. Tidak melihat ke arah kilat

6. Berdoa ketika turun hujan "Allahumma shoyyiban nāfi'a"

7. Berdoa dengan doa apapun (karena termasuk waktu mustajab ketika musim hujan, edt-) 

8. Berdoa setelah selesai hujan "Muthirnā bi fadhlillāh wa rohmatihi"

9. Dimakruhkan mengatakan ; telah turun hujan karena bintang ini, atau ucapan semisal

10. Dimakruhkan mencela angin

11. Jika timbul mudhorot dengan turunnya hujan (seperti banjir dan semisalnya), maka disunnahkan untuk meminta kepada Allah agar diangkat hujan tersebut dengan berdoa "Allahumma hawālainā wa lā 'alaina"

📖 [ Minhājut Thōlibin, Imam Nawawi, (Jakarta : Dārul Kutub Al-Islamiyyah ), cetakan pertama, 2013 M, hal. 64 ]

Oleh Abu Harits Al-Jawi

Minggu, 25 Juli 2021

,
Ketika menulis suatu buku, saya tidak langsung menuliskannya pada halaman word. Saya lebih suka bikin corat-coret dahulu. Biasanya saya tulis tangan, habis itu saya akan lihat lagi. Yang menurut saya pas maka saya biarkan. Kalau ada kata yang tak sesuai (apalagi berbahasa Arab), maka tak segan saya coret sajalah. Nggak pakek tipex atau stipo ? Nggak, saya lebih suka langsung coret. Karena disitu saya masih bisa melihat bahwa saya makhluk lemah dan bodoh, terbukti saya nggak bisa nulis dengan sekali tulis.
.
Setelah saya bikin coretan di buku pakek bolpen, terus saya lihat kembali, terus saya coretin sana-sini. Menambah yang kiranya perlu di tambah. Barulah saya ketik ulang di word, dengan format yang cakep sambil dikasih layout apa adanya. Kebanyakan buku yang saya tulis prosesnya kayak gitu. Jarang yang langsung tulis di word, kecuali kalo emang cuma kumpulan artikel² saya yg diformat jadi buku.
.
Dua proses di atas dalam dunia literasi Islam disebut taswīd dan tabyīdh. Yups. Taswīd berasal dari kata سوّد yg maknanya menghitamkan. Karena memang di proses ini, penulis akan banyak menghitamkan kertas karena koreksi sana sini. Sedangkan proses kedua yakni tabyīdh berasal dari kata بيّض yang maknanya memutihkan. Karena disini penulis menulis ulang tulisannya dg lebih rapih dan cakep tanpa perlu coret kembali.
.
Btw, sudah menuliskah anda hari ini ?! Kalau belum, silahkan baca buku. Karena mustahil menulis kalau tak mau baca buku.
.
#literasi #santri #santrikeren #santrigayeng #santriindonesia #bookstagram #instabook #booktuber #menulis #kitabkuning #kitabklasik #membaca #ngaji #ngajikitab

Abu Harits Al-Jawi

Senin, 12 Juli 2021

,

MUQODDIMAH

Sepuluh tahun yang lalu, saya nggak pernah kepikiran bahwa ngaji bisa online kayak hari ini. Demikian pula dipikiran kawan-kawan semua, saya yakin. Dulu ngaji ya harus datang ke tempat kajian. Kalaupun mau online, paling lewat radio. Di zaman itu saya suka dengerin radio Suara Al-Iman Surabaya. Sampe hari ini pun catatan-catatan kajian masih ada. Juga download kajian dari internet terkadang. Tapi nggak se-keren hari ini sih.

Namun perlu diketahui juga kawan², ngaji secara online pun butuh manhaj yang tepat supaya bener² dapet banyak ilmu. Manhaj yg saya maksud disini adalah metode dan tips² buat ngaji online yg insyaallah akan saya sampaikan beberapa.

Oke. Sebelum masuk ke pembahasan inti perlu beberapa hal yg kita fahami bersama nih.

PERTAMA
Ngaji online tidaklah sama dengan ngaji offline. Perbedaan yg paling mendasar adalah masalah keberkahan dan pahala hadir majelis ilmu. Keberkahan ilmu bergantung kepada guru. Sedang pahala majelis ilmu hanya didapat secara offline saja. Meski begitu, dari sisi ilmu pengetahuannya insyaallah dapet. Oleh karenanya, usahkan meski online kita tetap bisa kenal dan ada kedekatan dengan guru tersebut. Ini penting.

KEDUA
Ngaji online lebih butuh kepada niat dan kesungguhan yg ekstra dibanding ngaji offline. Kok bisa ? Ya kamu bisa bayangin aja. Ketika ngaji enak² eh terus muncul notif temen ig ato fb komen. Atau ada chat wa masuk dari kawan lama. Nah lo, kira² kuar nggak nahan godaan buat nggak buka itu komen ato chat ? Disitu niat dan kesungguhan kita diuji. Juga, karena online jadi ngerasa nggak diawasi. Jadi ya ngajinya sambil santai² gitu. Kadang tiba² ketiduran bangun² dah sesi tanya jawab aja.

KETIGA
Ngaji online tergantung mood. Jadi pas mood kamu jelek, yakin kamu nggak bakal buka kajian. Paling buka hp but scrol nggak jelas. Karena online, kita ngerasa nggak ada tuntutan. Akhirnya, sering kita tunda jadwal ngajinya. Karena nggak khawatir telat atau kelewat. Kan ada rekamannya. Disitulah kedisiplinan dalam ngaji kita diuji.

BAB 1 : MATERI KAJIAN

Ada 3 pembahasan inti dalam menjelaskan metode ngaji online. Pertama, tentang materi kajian. Kedua, tentang guru yang diambil ilmunya. Ketiga, tentang manajemen waktu. Sekarang, kita bahas bagian pertama, yaitu tentang materu kajian.

PERTAMA
Ketika memulai ngaji online, kita harus buat skala prioritas dalam memilih materi kajian. Ada materi inti, ada materi sampingan, ada materi moodboster. Untuk materi inti ini, maka jangan sampai terlewat setiap harinya. Paksakan diri untuk terus mengikuti materi inti sampai selesai. Adapun materi sampingan, maka ini diikuti jika materi inti sudah beres. Adapun materi moodboster, namanya aja moodboster. Fungsinya jika pas mood lagi turun, maka materi ini jadi penyemangat untuk ngaji lagi.

KEDUA
Penetuan materi. Ada beberapa kriteria yg bisa dijadikan patokan untuk menentukan kriteria materi. Contoh, untuk materi inti adalah materi kuliah jika kita kuliah online. Untuk materi sampingan, adalah materi sama' hadits. Untuk materi moodboster kita pilih kajian siroh atau sejarah Islam. Bisa juga, penentuan materi inti dengan isi materi itu sendiri. Misal, kita ingin fokus belajar fiqh. Maka materi² fiqh jadi materi inti kita. Untuk sampingan bisa materi tafsir ayat ahkam. Untuk moodboster bisa materi biografi para ulama. Dan seterusnya.

KETIGA
Untuk materi kajian inti & sampingan yang kita pilih, hendaknya materi² yg membahas satu kitab sampai khatam. Baru untuk moodboster, kita bisa pilih kajian tematik yg asyik². Jika kita ingin meningkatkan kualitas ilmu agama kita, saya peringatkan jangan banyak² ngaji tematik. Banyakin ngaji satu kitab sampai khatam. Dan ingat, cari kajian kitab yg benar² sampai khatam, jangan sepotong-potong. Setelah khatam, baru kitab selanjutnya.

KEEMPAT
Materi kajian nggak harus live streaming. Rekaman pun bukan masalah. Yg penting, tujuan dalam pengklasifikasian materi ngaji kita tercapai. Karena nggak semua materi yg kita inginkan itu bisa hadir secara live. Atau mungkin memang ada live, tapi nggak cocok sama schedule dunia nyata kita. Memang ngaji live memiliki keutamaan, tapi bukan segalanya dalam dunia online. Kecuali kalo mau dapat sanad ya, emang harus live supaya sah dalam ilmu riwayat.

BAB 2 : PEMILIHAN GURU

Yaitu pembahasan tentang pemilihan guru dalam ngaji online. Maksud dari pemilihan guru disini bukan hanya dari sisi aqidahnya saja, akan tetapi dilihat dari segala sisi yg dibutuhkan, termasuk juga membangun kedekatan. Karena sebagaimana yg sudah pernah saya singgung di awal tulisan pertama, bahwa ilmu agama bukan hanya masalah pengetahuan semata, tapi juga penting mencari unsur keberkahan. Dan keuntungannya dalam dunia ngaji online, kita dihadapkan dengan banyak sekali pilihan ustadz atau syaikh yg memiliki kompetensi yg kita butuhkan, sehingga kita benar-benar bisa memilih kajian guru mana yg kita ambil.

PERTAMA
Pilihlah guru yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu yang akan kita ambil. Misal saja, kita ingin belajar aqidah, maka kita cari para guru yg memang punya latar belakang pendidikan aqidah atau memang punya konsen lebih dalam hal tersebut. Atau misal fiqh, kita bisa memilih guru yg memiliki konsen dalam fiqh madzhab tersebut. Atau hadits, siroh, nahwu, dan sub² ilmu yang lainnya. Ingat, seorang guru yang sering mengkaji satu bidang ilmu tertentu, berarti itu menunjukkan konsen beliau dalam bidang tersebut. Dan seseorang yg punya konsen terhadap satu jenis ilmu, akan lebih mumpuni dan memahami secara mendalam jenis ilmu tersebut dibanding guru yg ngaji semua jenis ilmu. Nah dari mana kita tahu konsen guru pada satu ilmu tersebut ? Bisa kita cari tahu dari latar pendidikannya. Bisa juga dilihat dari postingan², juga dari kajian² youtube atau facebooknya. Semuanya bisa mengindikasikan ke arah mana guru tersebut memiliki konsen lebih.

KEDUA
Setelah mendapat guru yg pas, maka lihat kembali ke kajian kitab yg akan kita ikuti. Kemarin sudah saya bahas, yg utama adalah ngaji kitab sampai khatam. Maka lihat ke rekaman kajian guru tersebut, apakah kitab yg kita mau untuk mempelajarinya benar-benar dibahas sampai khatam, atau cuma sebagian saja tanpa ada kelanjutan. Jika benar sampai khatam, mulai deh kita download dan ikuti kajiannya. Jika nggak sampai khatam, kita bisa coba cari guru yang lain.

KETIGA
Bukan masalah jika kita berpindah dari satu guru ke guru yang lain karena kitab yang berbeda. Karena kadang guru tersebut membahas kitab yg kita inginkan, sedang di guru lain juga membahas kitab lain yg kita inginkan yg tidak dibahas oleh guru yg pertama. Karena dalam ngaji online, kita yg menentukan kurikulum ngaji kita sendiri, dengan memilih dosen sendiri. Namun, saya katakan. Yg lebih afdhol adalah dengan satu guru saja jika memungkinkan. Karena, jika sudah berbeda guru, kadang ada gambaran² masalah yg sedikit berbeda dari guru lain. Atau mungkin metode penjelasan yg berbeda.

KEEMPAT
Sebisa mungkin carilah guru yang memang benar² fokus membahas kita tersebut. Yang tidak ngalor-ngidul ketika membahas satu kitab. Karena terkadang kita jumpai, ada guru yg memang membahas satu kitab, tapi pembahasannya melebar bangetttt. Akhirnya, cuma satu paragraf dari kitab, disyarah diperlebar jadi satu jam kajian. Akhirnya, kitab yg sebenarnya bisa khatam dalam 20 pertemuan misalkan, bisa jadi molor banget sampai 50 pertemuan. Kalau saya pribadi, tidak memilih guru yg seperti ini. Karena bisa merusak pemahaman saya terhadap point inti dari kitab tersebut. Kita diajak muter² hingga akhirnya lupa, point inti kita tersebut apa.

KELIMA
Ketika sudah menemukan guru yg pas, berusahalah untuk membangun kedekatan dengan beliau. Sebagaimana di awal saya singgung, keberkahan itu perlu dalam ilmu. Dan salah satu bentuk cari berkah ilmu adalah dengan memiliki kedekatan dengan guru. Saya pribadi, juga lumayan sering membangun kedekatan dengan para guru online. Baik membangun kedekatan secara online seperti dengan chat beliau, memperkenalkan diri, laporan sudah khatamin pelajaran beliau, kalau idul fitri mengucapkan selamat, dan semisalnya. Juga membangun kedekatan secara offline, dengan bertemu langsung dengan beliau, sowan, memberi hadiah, dan semisalnya.

BAB 3 : MANAJEMEN WAKTU

PERTAMA
Yang patut diketahui dalam dunia belajar online, ada materi kajian live, ada rekaman. Maka jika materinya adalah live, mau nggak mau waktu kita harus menyesuaikan jadwal materi live. Kalau enggak, bisa ketinggalan. Nah, kalo materinya berupa rekaman, ini keuntungannya jadwal bisa kita atur sendiri. Sekarang silahkan dilihat, ngaji kita live atau rekaman. Kalau saran saya sih, lebih baik yg rekaman saja supaya kita bisa atur jadwal sendiri.

KEDUA
Kalau materi online-nya live maka sudab jelas kita nggak bisa otak-atik jadwalnya. Nah, kalo belajar online yang rekaman, kita nggak harus membuat jadwal di jam-jam tertentu. Jam segini jadwal ini. Nggak harus kayak gitu. Patokan dalam membuat jadwal adalah dengan selesainya materi, bukan patokan jam tertentu. Jadi misal, ada 30 materi. Maka target kita materi ini selesai dalam 1 bulan. Berarti sehari minimal kita harus selesaikan materi tersebut. Nah, tinggal buat list saja, hari ini sudah selesaikan materi ini belum. Kalau sudah, centang. Kalau belum, maka dicari waktu yang kosong di hari itu. Harus dicari waktunya !!  Ini yg saya suka, makanya saya anjurkan rekaman apalagi buat yg punya kesibukan dengan jadwal tak menentu. Misal, jam segini jadwal ngaji ini

KETIGA
Belajar online rawan akan kemalasan. Makanya, harus punya 'azam dan tekat kuat untuk disiplin dalam jadwal yang sudah kita buat. Untuk meningkatkan semangat, bisa dengan menempel tulisan motivasi di dinding. Atau di buku harian. Atau di kitab yang kita buat ngaji. Bisa juga dengan mendengarkan materi moodboster (sudah saya bahas apa itu materi moodboster).

KEEMPAT
Beri hukuman kepada diri sendiri. Ketika ada satu yg terlewat tanpa menyimak materi, maka jadikan itu hutang. Sehingga pas hari libur, atau waktu kita banyak yg kosong, kita double materi ngajinya. Istilahnya fiqhnya, qodho' materi yg terlewat.

Oke. Demikian serial tulisan Manhaj Ngaji Online. Semoga bermanfaat, dan bisa kita praktekkan.

و الله تعالى أعلم و هو ولي التوفيق

Minggu, 06 Juni 2021

,


Disunnahkan bagi orang yang shalat untuk meletakkan sesuatu di depannya sebagai pembatas shalatnya. Yang ini dinamakan sutrah.


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُرْكَزُ لَهُ الحَرْبَةُ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا»


" Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu anhu berkata (( Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa ditancapkan untuk beliau tombak yang pendek, lalu beliau shalat menghadap kepadanya ))."

[ Shahih Al-Bukhari (1/106) ]

Untuk perincian hukum-hukumnya, maka para fuqoha telah membahas hal tersebut. Berikut adalah penjelasannya :


1. Sutrah yang digunakan harus berurutan. Pertama, adalah sesuatu yang tertanam secara permanen di tanah, seperti tembok atau tiang. Kedua, jika tidak ada maka dengan sesuatu yg ditancapkan atau diletakkan di tanah, seperti tongkat, tombak, tas, atau semisalnya. Ketiga, jika tidak ada maka sutrahnya cukup dengan sesuatu yang tergambar di atas tanah, seperti karpet, sajadah, atau garis. Dan urutan sutrah ini harus dilaksanakan, dalam artian tidak boleh seseorang menggunakan tas, sedangkan ada tembok atau tiang. Jika tidak dilakukan maka tidak diharamkan bagi seseorang untuk lewat didepannya. Dalilnya sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :


«إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ شَيْئًا، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيَنْصِبْ عَصًا، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ عَصًا فَلْيَخْطُطْ خَطًّا، ثُمَّ لَا يَضُرُّهُ مَا مَرَّ أَمَامَهُ»


(( Jika seorang dari kalian shalat, maka jadikanlah sesuatu berada di depannya. Jika tidak ada, maka tancapkan kayu. Jika tidak ada maka buatlah garis. Kemudian tidak akan memudharatkannya sesuatu yang lewat di depannya ))

[ HR. Abu Dawud (1/183) ]


2. Jarak antara dirinya dengan sutrah sekitar 3 dziro' (sekitar 1,5 meter ). Jika lebih dari itu (seperti 2,5 meter) maka tidak mengapa seseorang melewati batas antara dirinya dengan sutrah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :


«إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ وَلْيَدْنُ مِنْهَا»


(( Jika salah seorang dari kalian shalat, maka shalatlah dengan menghadap sutrah, dan mendekatlah ke sutrahnya ))

[ HR. Abu Dawud (1/186) ]


3. Diharamkan lewat diantara sutrah dan orang yang shalat. Dan keharaman melewati sutrah berlaku bagi orang yang mukallaf saja. Adapun bagi anak yang belum baligh misalkan, maka tidak haram untuk lewat di depan orang shalat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :


«لَوْ يَعْلَمُ الْمَارُّ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ»


(( Kalau seorang yang lewat di depan orang yang shalat tahu dosa yang dia lakukan, niscaya dia berdiri 40 tahun itu lebih baik dari pada melewatinya ))

[ HR. Abu Dawud (1/186) ]


4. Disunnahkan bagi orang yang shalat, atau orang lainnya untuk menghadang orang yang lewat antara dirinya dengan sutrahnya. Dan kesunnahan ini berlaku, jika orang yang shalat tadi melaksanakan point 1-3 yang sudah disampaikan sebelumnya. Sebagaimana ini adalah mu'tamad Ibn Hajar, diikuti oleh muridnya Al-Millibari. Adapun Ar-Romli, maka kesunnahan untuk menghadang orang yang lewat ini berlaku meskipun dia bukan mukallaf. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :


«إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنَ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْ فِي نَحْرِهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ الشَّيْطَانُ»


(( Jika seorang dari kalian shalat kepada sutrah manusia, lantas ada seseorang yang ingin lewat di depannya, maka hendaknya dia halangi di depannya. Jika tidak mau maka perangi dia, karena dia adalah setan ))

[ HR. Abu Dawud (1/186) ]


5. Sutrah imam adalah sutrah bagi shaf yang tepat di belakang imam (shaf pertama). Adapun shaf berikutnya (shaf kedua dan seterusnya) maka sutrahnya adalah shaf yang ada di depannya. Maka jika ada yang tidak berkepentingan melewati antara dirinya dengan shaff, tetap disunnahkan untuk menghadangnya.


6. Sutrah hendaknya diletakkan agak kesamping kiri atau kanan. Tidak pas di depannya. Dalam hadits Al-Miqdād ibn Al-Aswad berkata :


«مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي إِلَى عُودٍ وَلَا عَمُودٍ وَلَا شَجَرَةٍ إِلَّا جَعَلَهُ عَلَى حَاجِبِهِ الْأَيْمَنِ أَوِ الْأَيْسَرِ وَلَا يَصْمُدُ لَهُ صَمْدًا»


" Tidak pernah aku melihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat ke arah kayu, tiang, juga pohon kecuali beliau agak mengarahkannya ke samping kanan atau kiri. Dan tidak berada tepat di hadapannya."

[ HR. Abu Dawud (1/184) ]


Wallahu A'lam

Abu Harits Al-Jāwi


•••

REFERENSI

1. Fathul Mu'īn Syarh Qurratul 'Ain, Zainuddin Al-Millībāri.

2. I'ānatut Thālibin, Sayyid Al-Bakri

3. Shahīh Al-Bukhāri, Muhammad ibn Ismā'īl Al-Bukhāri

4. Sunan Abi Dawud, Abu Dawud As-Sijistāni

Jumat, 14 Mei 2021

,
Tradisi nyawal atau puasa Syawwal merupakan tradisi yang disunnahkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dalam riwayat disebutkan :

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ»

" Dari Abu Ayyub Al-Anshori radhiyallah anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda (( Barangsiapa yang puasa Ramadhan kemudian mengikuti dengan puasa 6 hari dari bulan Syawwal maka seperti puasa setahun penuh ))."
[ Shahīh Muslim, Imam Muslim, (2/822) ]

Maksud dari enam hari dari bulan Syawwal ini adalah di hari apapun dan manapun selama itu masih dalam Syawwal. Karena lafadz mīn dalam hadits adalah littab'īdh (untuk pennyebutan pembagian) tanpa ada tahdīd (pembatasan tertentu). Akan tetapi yang utama adalah dilaksankan langsung sejak tanggal 2 Syawwal secara urut hingga tanggal 7 Syawwal. Dalam Fiqh Manhaji disebutkan :

والأفضل تتابعها عقب عيد الفطر مباشرة، ولكن لا يشترط، بل تحصل السنة بصيامها متفرقات

" Yang utama dikerjakan secara berkesinambungan selepas Idul Fitri langsung. Akan tetapi ini bukan syarat, bahkan pahala ini pun bisa didapat walau puasanya dipisah-pisah harinya."
[ Al-Fiqh Al-Manhajī 'ala Madzhab Al-Imam Asy-Syāfi'i, Majmū'ah min Al-Muallifīn, (2/100) ]

Menggabungkan Niat Qodho & Puasa Syawwal

Adapun bagi orang yang memiliki hutang puasa, dan mengqodhonya di bulan Syawwal, para ahli fiqh madzhab Syafi'i berbeda pendapat. Ada yang mengatakan tidak bisa digabungkan niatnya; dalam artian kalau niat qodho puasa hanya niat qodho saja. Tidak bisa digabungkan dengan niat puasa sunnah Syawwal. Akan tetapi sebagian ulama berpendapat boleh saja menggabungkan niatnya, dan mendapat pahala puasa sunnah, tapi tidak mendapatkan pahala puasa satu tahun penuh. Diantaranya ucapan Al-Khathīb Asy-Syirbīni :

وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، هَلْ تَحْصُلُ لَهُ السُّنَّةُ أَوْ لَا؟ لَمْ أَرَ مَنْ ذَكَرَهُ، وَالظَّاهِرُ الْحُصُولُ. لَكِنْ لَا يَحْصُلُ لَهُ هَذَا الثَّوَابُ الْمَذْكُورُ خُصُوصًا

" Barangsiapa yang berpuasa qodho atau nadzar di bulan Syawwal, apakah mendapatkan pahala sunnah puasa Syawwal ? Saya belum mendapati seorang yang menyebutkannya, dan yang tampak adalah iya (mendapatkan pahala puasa sunnah Syawwal). Akan tetapi untuk pahala khususnya (seperti puasa setahun penuh) dia tidak mendapatkannya."
[ Mughni Al-Muhtāj ilā Ma'rifati Alfādz Al-Minhāj, Al-Khathīb Asy-Syirbīni, (2/184) ]

Juga berkata Syamsuddīn Ar-Romli :

وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَهُمَا أَوْ فِي نَحْوِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ تَطَوُّعِهَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ 

" Kalau seorang puasa qodho atau nadzar di hari Asyuro, maka dia mendapatkan pahala puasa sunnah Asyuro juga, sebagaimana fatwa ayah kami."
[ Nihāyah Al-Muhtāj ilā Syarh Al-Minhāj, Syamsuddin Ar-Romli, (3/208) ]

Tapi yang lebih afdhol adalah dengan niat masing-masing di hari yang berbeda. Laksanakanlah puasa Syawwal dahulu, baru qodho. Ini jika batal Ramadhannya karena udzur. Namun jika Ramadhannya batal tanpa udzur, maka dimakruhkan puasa Syawwal. Berkata Ibnu Hajar Al-Haitami :

وَقَضِيَّةُ الْمَتْنِ نَدْبُهَا حَتَّى لِمَنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ وَهُوَ كَذَلِكَ إلَّا فِيمَنْ تَعَدَّى بِفِطْرِهِ؛ لِأَنَّهُ يَلْزَمُهُ الْقَضَاءُ فَوْرًا بَلْ قَالَ جَمْعٌ مُتَقَدِّمُونَ يُكْرَهُ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ

" Dan ungkapan dalam matan (baca : Minhajut Thalibin) disunnahkan puasa Syawwal meski bagi orang yang tidak puasa Ramadhan, dan memang demikian. Kecuali orang yang tidak puasa Ramadhan tanpa ada udzur; karena wajib baginya qodho sesegera mungkin. Bahkan sebagian ahli fiqh terdahulu mengatakan dimakruhkan bagi orang yang punya hutang puasa."
[ Tuhfatul Muhtāj fī Syarhil Minhāj wa Hawāsyi Asy-Syarwāni wal 'Abbādi, Ibn Hajar Al-Haitami, (3/457)]

Menggabungkan Puasa Sunnah Lain dengan Syawwal

Bolehnya saja kita menggabungkan niat keduanya, dengan menambil pendapat Al-Khathīb Asy-Syirbīni & Ar-Romli sebagaimana yang sudah kami nukil di atas. Maka misalnya puasa Syawwal bertepatan dengan hari kamis, maka kita niatkan puasa Syawwal dan puasa Kamis. Atau ingin puasa Dawud, maka silahkan puasa berturut-turut selama 6 hari, kemudian disetiap rentang 1 hari niatnya ditambah puasa Dawud. Ini semua tentu yang lebih afdhol adalah dengan puasa dengan niat sendiri-sendiri. Untuk mendapatkan keutamaan masing-masing puasa tersebut.

Wallahu A'lam.

Jombang, 3 Syawwal 1442 H
Abu Hārits Al-Jāwi

Rabu, 12 Mei 2021

,
Seringkali kita dapati di beberapa tempat murottal Al-Quran diputar. Mungkin di pertokoan, di kantor, atau di kamar ketika hendak tidur. Maka kita katakan yang utama tentu ketika lantunan Al-Quran diperdengarkan, kita berusaha untuk mendengarkannya. Tujuannya adalah untuk mentadabburi makna yang dikandungnya. Akan tetapi juga bisa digunakan saran dalam mendapatkan keberkahan Allah Ta'ala. Dengan membunyikan senandung ayat-ayat Allah. Maka jika tidak bisa mendengarkan dengan sempurna, tapi ada semangat untuk senantiasa dekat dengan Al-Quran pun tidak mengapa.

Maka bagaimana dengan firman Allah Ta'ala berikut :

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

"Dan apabila dibacakan Al-Qur`ān, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.”
[ Surat Al-A'raf : Ayat 204 ]

Secara zhahir ayat di atas jelas melarang seseorang untuk tidak lalai dari bacaan Al-Quran yang didengarkannya. Dan ini pun bersifat umum. Maka sebagian ulama berpendapat bahwa tidak boleh memutar kaset murattal jika seseorang tidak mau mendengarkannya secara seksama.

Maka kita katakan, hal ini memang benar. Akan tetapi bukan berarti terlarang juga seseorang memutar murottal ketika tidak bisa mendengarkan secara seksama. Karena maksud dari larangan ayat di atas adalah ketika shalat. Dalam pendapat lain adalah ketika khutbah. Maka para pendengar harus mendengarkannya. Demikian yang disebutkan oleh Imam Ahli Tafsir Abu Ja'far Ath-Thabari (w.310 H) dalam tafsirnya. Beliau berkata :

ثم اختلف أهل التأويل في الحال التي أمر الله بالاستماع لقارئ القرآن إذا قرأ والإنصات له.
فقال بعضهم: ذلك حال كون المصلي في الصلاة خلف إمام يأتمّ به, وهو يسمع قراءة الإمام، عليه أن يسمع لقراءته ... وقال آخرون: بل عُني بهذه الآية الأمر بالإنصات للإمام في الخطبة إذا قرئ القرآن في خطبة

" Kemudian para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kondisi dimana Allah memerintahkan untuk memperhatikan dan diam terhadap bacaan Al-Quran yang dibacakan seorang qōri. Sebagian berkata maksudnya adalah ketika seorang yg shalat di belakang imam yang dia bermakmum padanya, dan dia mendengar bacaan Al-Qurannya. Maka dia harus memperhatikan bacaan imam . . . Sebagian ulama berkata : hal itu adalah ketika seorang imam membacakan Al-Quran dalam khutbahnya."
[ Jāmi'ul Bayān 'an Takwīl Āyil Qur'ān, Muhammad ibn Jarīr Ath-Thābari ]

Kesimpulannya, boleh memutar murottal meski tidak mendengarkan dengan seksama (misal dengan disambi aktifitas kerja lain). Akan tetapi yang utama tentu dengan memperhatikan secara seksama.

Wallahu Ta'ala A'lam.


Mojokerto, 1 Syawwal 1442 H
Abu Hārits Al-Jāwi
,
KHUTBAH PERTAMA

الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر.
الحمد لله الرحيمِ الغفَّار المَرجوِّ ثوابُه، العزيزِ الجبَّار المَخشيِّ عذابه، المتكبِّرِ القهَّار المَرهوبِ عقابُه، الجوادِ الكريم الذي شمِل العالَمين إنعامُه، وعمَّ جميعَ المخلوقين إكرامُه، وأشهد أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمدًا عبده ورسوله، الموصوف بالخلق العظيم، والرحمة بالمؤمنين، والرِّفق واللِّين، فصلَّى الله وسلَّم وبارك عليه وعلى آل بيته وأصحابه ما لَاح هِلالٌ وأنوَر، وطلع الصُّبحُ وأسْفَر.

Segala puji Allah Rabb yang telah menyempurnakan nikmat para hamba-Nya. Dengan diturunkannya Al-Quran, diutusnya Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam, dan ajaran Islam. Shalawat serta salam terhaturkan kepada panutan kitab Rasulillah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dan bertaqwalah kepada Allah Ta'ala wahai kaum muslimin, dalam segala waktu dan ruang.

Ketika Allah Ta'ala mewajibkan kepada hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Maka Allah juga meminta kepada mereka untuk berdzikir dan mengingat-Nya setelah ibadah tersebut selesai dilaksanakan. Contohnya shalat. Allah Ta'ala berfirman ;

فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا

"Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
[ Surat An-Nisa' : Ayat 103 ]

Dan juga haji. Dimana Allah Ta'ala berfirman ;

فَإِذَا قَضَيۡتُم مَّنَٰسِكَكُمۡ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَذِكۡرِكُمۡ ءَابَآءَكُمۡ أَوۡ أَشَدَّ ذِكۡرٗاۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنۡ خَلَٰقٖ

"Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berzikirlah lebih dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia," dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun."
[ Surat Al-Baqarah : Ayat 200 ]

Dan juga bentuk ibadah yang besar adalah berdakwah. Dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diperintahkan untuk bertasbih dan istighfar setelah Fathu Makkah; simbol keberhasilan dakwah Islam yang diusung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Yang semua itu tersebut dalam surat An-Nashr.

Termasuk juga apa yang kita laksanakan sejak kemarin malam hingga pagi ini. Yaitu bertakbir dan memuji Allah Ta'ala setelah ibadah yang mulia; puasa di bulan Ramadhan. Allah Ta'ala berfirman :

وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

"... Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."
[ Surat Al-Baqarah : Ayat 185 ]

Apakah hikmahnya ? Maka diantara hikmahnya adalah bahwasanya dzikir kepada Allah adalah bentuk penyempurnaan ibadah yang sudah kita lakukan. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, tentu tidak maksimal sebagaimana yang diperintahkan dan diminta. Sering kali dalam ibadah kita tidak laksanakan seluruh sunnah-sunnahnya. Sering hilang rasa khusyuk dan rasa ikhlas. Disitulah dzikir, istighfar, dan memuji Allah Ta'ala sebagai penyempurna ibadah.

Demikian pula ibadah puasa yang sudah kita jalankan selama sebulan penuh. Mungkin kita tidak makan dan minum, akan tetapi masih ada dosa yang kita lakukan. Ada lisan yang menyakiti saudara kita. Ada waktu yang terbuang sia-sia. Maka untuk menyempurnakan ibadah puasa kita, Allah memerintahkan kita untuk bertakbir, memuji, dan berdzikir. Sehingga harapannya, ketika ibadah ini sudah sempurna, kita menjadi golongan hamba yang Allah Ta'ala terima amalnya. Sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan ;

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنۡهُمۡ أَحۡسَنَ مَا عَمِلُواْ وَنَتَجَاوَزُ عَن سَيِّـَٔاتِهِمۡ فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلۡجَنَّةِۖ وَعۡدَ ٱلصِّدۡقِ ٱلَّذِي كَانُواْ يُوعَدُونَ

" Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan, dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka."
[ Surat Al-Ahqaf : Ayat 16 ]

أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم

KHUTBAH KEDUA

الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر، الله أكبر.
الحمد لله مُعيدِ الجُمعِ والأعياد، ومُبيدِ الأُمَمِ والأجناد، وجامعِ الناس ليومٍ لا ريبَ فيه، والصلاة والسلام على عبده ورسوله المفضَّل على جميع العِباد، وعلى آله وأصحابه ومَن تبعَهم بإحسان إلى يوم الحشر والتًّناد.

 عباد الله اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون

Maka pada kesempatan yang mulia dan penuh barokah ini. Kita berdoa kepada Allah Ta'ala agar menerima amal-amal yang telah kita amalkan selama Ramadhan ini.

إن الله و ملائكته يصلون على النبي يآيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صلوا على محمد و على آل محمد و الحمد لله رب العالمين.

اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك قريب مجيب الدعوات يآ قاضي الحاجات.

اللهم تقبل منا صيامنا و قيامنا و ركوعنا و سجودنا و تلاوتنا و تضرعنا و تخشعنا يا رب العالمين.

اللهم اجعل خير عملنا خواتمه و اجعل أفرح أيامنا يومَ نلقاك يا رب العالمين.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار.

و صلى الله على سيدنا و مولانا محمد و على آله و صحبه أجمعين.

و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته


Jombang, 1 Syawwal 1442 H
Abu Harits Al-Jawi