Kamis, 19 Januari 2023

,

 


 

KHUTBAH PERTAMA


إن الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل هادي له، وأشهد أن لا إله إلا لله، وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون﴾[1] ﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾[2] ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾ [3]

اللهم صل و سلم على نبينا و حبيبنا محمد و على آله و صحبه و من سار على نهجه إلى يوم الدين، أما بعد


Tiada kata terbaik yang hendaknya diucapkan seorang muslim melainkan berusaha untuk mengucapkan alhamdulillah. Suatu ucapan sebagai bentuk kesyukuran kita kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Shalawat serta salam terhaturkan kepada baginda Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam, sebagai rasul akhir zaman. Yang telah memberikan petunjuk dan jalan kebaikan. Dan tentunya pada kesempatan yang singkat ini, kami wasiatkan dan nasehatkan kepada diri kami pribadi dan jamaah sekalian. Marilah bertakwa kepada Allah Ta’ala dimanapun kita berada.


Maasyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

    Sejatinya, cobaan dan ujian merupakan hal yang menjadi keniscayaan selama kita masih menjalankan hidup di atas permukaan dunia ini. Tak mungkin, bagi orang yang hidup lalu dia hanya merasakan kenikmatan dan kesenangan sahaja, tanpa ada masalah yang sama sekali merintanginya. Ini adalah sunnatullah.


﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ﴾

“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah, dan hanya kepada Kami kalian akan kembali.”[4]


Imam Al-Baghowi (w.510 H) dalam tafsirnya mengatakan;


بِالشِّدَّةِ وَالرَّخَاءِ وَالصِّحَّةِ وَالسَّقَمِ وَالْغِنَى وَالْفَقْرِ، وَقِيلَ: بِمَا تُحِبُّونَ وَمَا تَكْرَهُونَ، فِتْنَةً، ابْتِلاَءً لِنَنْظُرَ كَيْفَ شُكْرُكُمْ فِيمَا تُحِبُّونَ، وَصَبْرُكُمْ فِيمَا تَكْرَهُونَ

“Yaitu dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan kesakitan, kekayaan dan kefakiran. Dan dikatakan; yaitu dengan apapun yang kalian sukai dan kalian. Sebagai bentuk fitnah, yaitu cobaan. Untuk Kami (Allah Ta’ala) melihat bagaimana kesyukuran kalian dalam perkara yang kalian sukai, dan kesabaran kalian dalam perkara yang kalian benci.”[5]

            

    Sebagaimana yang diprediksikan, bahwa tahun ini akan terjadi resesi ekonomi. Kondisi ekonomi dunia yang memburuk, akibat dari hal ini dan hal itu. Lantas, bagaimana seorang muslim bereaksi atas hal ini ?


    Pertama, mantabkan dan teguhkan akidah dan keyakinan kita kepada Allah Ta’ala. Bahwa selama masih ada jatah kehidupan kita di dunia, rezeki kita dijamin oleh Allah Ta’ala, selama ada usaha yang kita lakukan. Dan ini adalah bentuk kesempurnaan dari tawakkal kepada Allah Ta’ala.


﴿وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ﴾

“Dan tidak ada dari satu makhluk pun di muka bumi kecuali Allah menjamin rezekinya, Dia mengetahui tempat asalnya serta penyimpanannya. Semuanya telah tercatat dalam catatan yang jelas.”[6]


Oleh karenya, janganlah kita bersikap khawatir yang berlebihan. Karena seorang muslim, memiliki sikap tenang dalam menghadapi segala macam realita yang terjadi. Selama hatinya masih kuat bergantung kepada Allah Ta’ala. Namun, jika hati mulai jauh dari Allah, setan akan membisikkan perasaan was-was dan kegundahan.


    Kedua, tetap mencari rezeki yang halal semampunya, dan jangan sampai godaan nafsu membiarkan kita untuk mengejar harta yang haram. Maka, yang awalnya cobaan, akan berakhir menjadi musibah dan kecelakaan.


﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ﴾

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah menipu kalian kehidupan dunia, dan janganlah menipu kalian dari Allah berbagai macam tipuan.”[7]


    Ketiga, bersikap qonaah dan berusaha untuk mengatur berapapun rezeki yang Allah Ta’ala telah berikan untuk kita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;


قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

“Beruntunglah orang yang sudah masuk Islam, diberi rezeki secukupnya, dan Allah berikan sifat qonaah kepadanya.”[8]


Dan hal ini, dengan mengatur kebutuhan yang ada. Mana yang kiranya kebutuhan pokok, dan mana yang sampingan. Jangan sampai yang sampingan didahulukan, sedangkan yang pokok di lalaikan. Jangan sampai kebutuhan yang bisa ditunda lebih didahulukan daripada kebutuhan yang tidak dapat ditunda.


    Keempat, berdoa kepada Allah Ta’ala untuk diberikan keberkahan rezeki, serta keistiqomahan dalam Islam. Karena rezeki yang berkah, adalah suatu kebutuhan dalam hidup. Sedang kefakiran, itu dekat kepada kekufuran oleh karenanya kita butuh keteguhan dan keistiqomahan. Pepatah mengatakan;


الفقر قريب من الكفر

“Kefakiran itu dekat dengan kekufuran.”

 

أقول قولي هذا و أستغفر الله و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات و استغفروه إنه هو الغفور الرحيم

 


KHUTBAH KEDUA


الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كله و كفى بالله شهيدا. أشهد أن لا إله إلا الله إقرارا له و توحيدا. و أشهد أن محمدا عبده و رسوله و كان بالمؤمنين رؤوفا رحيماً. فيا عباد الله اتقوا ربكم و اتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت و هو لا يظلمون. أما بعد


Maasyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah

            

    Di khutbah yang kedua, kembali kita mengingatkan diri kita masing-masing. Untuk kembali berusaha dan berupaya bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Baik ketika di dalam masjid, di dalam rumah, di kantor, di pasar, di jalan, dan juga dimanapun. Dan kita berdoa, memohon kepada Allah Ta’ala, di waktu yang mulia ini. Dengan harapan Allah Ta’ala akan mengabulkan diantara doa-doa yang kita panjatkan.


إن الله و ملائكته يصلون على النبي يايها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما اللهم صل و سلم على محمد و على آل محمد و الحمد لله رب العالمين

اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات

ربنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكونن من الخاسرين. الله أمنا في أوطاننا و أصلح ولاة أمورنا. ربنا اجعل هذا البلد آمنا و اجنبنا و بنينا أن نعبد الأصنام

ربنا هب لنا من أزواجنا و ذرياتنا قرة أعين و اجعلنا للمتقين إماما. اللهم أعنا على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك. اللهم بارك لنا في أهلينا و أموالنا و أعمالنا. اللهم ارزقنا كَفافا و لا تجعلنا من المُسرِفين.

ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار. و صلى الله على نبينا محمد و على آله و سلم تسليما كثيرا. ثم أقيموا الصلاة ...


Jum'at, 20 Januari 2023

Oleh Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi

Download pdf khutbah jum'at disini

_

[1] QS Ali Imron ayat 102

[2] QS An-Nisa ayat 1

[3] QS Al-Ahzab ayat 70-71

[4] QS Al-Anbiya ayat 35

[5] Ma’alimut Tanzil fi Tafsir Al-Quran. Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghowi Asy-Syafii. Beirut, Dar Ihyait Turots Al-Arobiy. Cetakan pertama. Tahun 1420 H.

[6] QS Hud ayat 6

[7] QS Fathir ayat 5

[8] HR.Muslim (1054)

Rabu, 18 Januari 2023

,

 


1.IHRAM DARI MIQOT HAJI
Miqot yang dibahas disini adalah miqot makani, yaitu tempat-tempat yang sudah ditentukan sebagai batas ihram haji oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan maksud disini adalah, tidak boleh seseorang melewati miqot yang akan kita sebutkan, kecuali dalam kondisi berihram.

Miqot makāni, terbagi menjadi lima;

Dzul Hulaifah / Bir 'Ali
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Madinah, Syam, atau yang searah dengannya.

Juhfah
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Mesir, Libya, Jazair, Maroko, dan yang searah dengannya.

Yalamlam / Sa'diyyah
Ini miqot untuk jamaah haji yang datang dari Yaman dan yang searah dengannya.

Qornul Manāzil / Sail Kabīr
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Najed dan yang searah dengannya.

Dzatu 'Irq
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Irak, Iran, dan yang searah dengannya. Namun sekarang, miqot ini sudah tidak terpakai lagi, dan biasanya mereka lewat melalui Madinah.

Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallah anhuma;

وقت رسول الله ﷺ لأهل المدينة ذا الحليفة و لأهل الشام الجحفة و لأهل نجد قرن و لأهل اليمن يلملم وقال ((هن لهن و لمن أتى عليهن من غير أهلهن ممن أراد الحج أو العمرة فمن كان دون ذلك فمن حيث أنشأ حتى أهل مكة من مكة
"Nabi ﷺ menetapkan miqot untuk penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, untuk penduduk Syam di Juhfah, untuk penduduk Najed Qorn Manazil, untuk penduduk Yaman di Yalamlam, dan beliau bersabda ((Batas miqot ini untuk penduduknya dan orang yang datang melewatinya dari selain penduduknya yang datang untuk haji dan umrah. Dan siapa yang rumahnya kurang dari miqot, maka ihram dari tempatnya, hingga penduduk Makkah ihram dari Makkah."
[HR.Bukhari dan Muslim]

Maka miqot ini berlaku untuk haji dan umrah, kecuali orang yang rumahnya sudah melewati miqot. Maka boleh dia berihram dari rumahnya, bahkan penduduk Makkah pun ihram dari rumahnya. Kecuali untuk umrah, maka orang yang sudah berada di tanah haram dan ingin umrah, dia ihram dari luar haram, baik penduduk Makkah sendiri atau penduduk luar. Dalilnya adalah hadits shahih bahwa Nabi ﷺ memerintahkan Aisyah yang ketika itu berada di Makkah untuk ihram umrah dari Tan'im (keluar dulu dari batas haram).

2. LEMPAR JUMRAH TANGGAL 10-13 DZULHIJJAH
Lempar jumrah termasuk wajib haji, dan jumrah yang dilempar saat tanggal 10 Dzulhijjah adalah jumrah aqobah atau jumrah kubro, yang dekat dengan arah Makkah. Waktunya dimulai sejak pertengahan malam tanggal 10 Dzulhijjah, dan lebih utama ketika meningginya matahari (waktu dhuha) di tanggal 10 Dzulhijjah hingga pertengahan harinya. Dan batas terakhirnya adalah sebeum tenggelamnya matahari di hari tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah).

Adapun di hari tasyriq, maka yang dilempar adalah tiga jumrah; jumrah sughro (dekat masjid Al-Khif), lalu jumrah wustho, lalu jumroh aqobah (jumroh kubro). Tiga jumrah ini dilempar setiap hari selama hari tasyriq (tanggal 11-13 Dzulhijjah), dimulai waktunya dari setelah zawwal (waktu dzuhur) hingga sebelum tenggelam matahari di hari itu, dan boleh dilaksanakan di luar harinya selama belum melewati tanggal 13 Dzulhijjah.

Dan untuk keabsahan lempar jumrah ini ada beberapa syarat;

Pertama, untuk setiap jumrah maka dipastikan jumlah lemparan tidak kurang dari 7 lemparan, meski dengan batu yang sama. Dan yang dihitung adalah jumlah lemparan, bukan batu yang dilempar.

Kedua, melempar dengan tangan jika mampu, jika tidak boleh dengan bantuan alat. Boleh juga jika tidak mampu, meminta tolong orang lain untuk melemparkan, dengan syarat jika orang itu juga sedang ihram, dia sudah melempar jumrohnya dahulu.

Ketiga, benda yang dilempar adalah jenis bebatuan, mak tidak boleh melempar dengan logam, atau kayu, atau mutiara laut, dan semisalnya.

Keempat, ketika melempar membidik marma (tempat jumrah di sekeliling tiang yang ada di situ, bukan tiangnya), bukan ke udara, atau ke orang lain. Kalau dia membidik tiang yang ada di jamrah, lalu batunya jatuh di jamrah, maka dianggap sah.

Kelima, berurutan dalam melempar tiga jamrah di hari tasyriq, dimulai dari jumroh sughro (dekat masjid Al-Khif) lalu wustho, lalu Aqobah (dekat ke arah Makkah).


Wallahu Ta'ala A'lam
Oleh Abu Harits Al-Jawi Asy-Syāfii

_
REFERENSI

Mu'nisul Jalis Syarh Yaqut Nafis. Mushthofa Ahmad Abdun Nabi Asy-Syafii. Mesir, Dar Tsamarat Al-Ulum. Cetakan pertama. Tahun 2020.

Al-Fiqh Al-Manhaji 'ala Madzhabil Imam Syafii. Mushthofa Al-Bugho. Mushthofa Al-Khinn. Ali Asy-Syurbaji. Damaskus, Darul Musthofa. Cetakan pertama. Tahun 2019.

Senin, 16 Januari 2023

,


IFROD

Ifrod berasal dari kata afroda-yufridu yang maknanya adalah menyendirikan. Maksudnya disini adalah ketika ihram dan manasik, hanya meniatkan dan melakukan haji saja, tidak digabung dengan umrah. Dalam madzhab Syafi'i, haji ifrod lebih utama daripada tamattu' atau qiron. Dan ifrod bisa dilaksanakan dengan beberapa bentuk;


Pertama, dia ihram untuk haji saja di bulan haji hingga selesai dari semua manasik haji. Setelah itu ketika di Makkah dia keluar ke luar batas haram terdekat, lalu ihram untuk umrah dan menyelesaikan manasik umroh.

Kedua, umroh dahulu sebelum waktunya haji hingga selesai semua manasiknya. Kemudian dia berangkat lagi untuk melaksanakan manasik haji, dan berihram haji saja.

Ketiga, dia ihram haji saja pada waktu haji. Kemudian dia umroh di tahun berikutnya, atau tidak melakukan umrah sama sekali.

TAMATTU'
Tamattu' berasal dari kata tamatta'a- yatamatta'u yang maknanya adalah menikmati. Maksudnya disini adalah seseorang menikmati yang yang sebelumnya haram karena ihram, pada waktu antara umrah dan hajinya. Dalam madzhab Syafii, haji tamattu' lebih utama daripada qiron. Dan ihram tamattu' bisa dilaksanakan dengan beberapa bentuk, diantaranya;

Pertama, dia ihram untuk umrah dari miqotnya dan menyelesaikan manasik umroh, lalu bertahallul dari umrahnya. Kemudian dia menunggu di Makkah, lalu pada tanggal 8 atau 9 Dzulhijjah dia ihram untuk haji dari Makkah.

Kedua, dia ihram untuk umrah dari miqotnya dan menyelesaikan manasik umroh, lalu bertahallul dari umrohnya. Kemudian dia kembali ihram untuk haji, dari miqotnya atau miqot lainnya, atau sejarak 2 marhalah (kurang lebih 86 km/jarak qoshor) dari Makkah.

QIRON
Qiron berasal dari kata qoorona-yuqoorinu yang maknanya adalah menyertakan. Maksudnya disini adalah seorang manggabungkan manasik haji dan umrah menjadi satu bagian dalam satu ihram. Dan ihram qiron bisa dilaksanakan dengan beberapa bentuk, diantaranya;

Pertama, ketika ihram dia meniatkan secara bersamaan untuk haji dan umrah, dan tidak bertahallul kecuali setelah selesai dari keduanya.

Kedua, dia ihram untuk umrah, lalu sebelum memulai thowaf umroh dia menambahkan niat (ihram) untuk haji juga di bulan haji, dan dia selesaikan kedua manasiknya.

CATATAN
Bagi orang yang berhaji dengan tamattu' atau qiron, maka wajib baginya untuk membayar kaffarah haji. Yang secara rinci akan dibahas pada pembahasan denda haji. Dalilnya firman Allah Ta'ala;

فمن تمتع بالعمرة إلى الحج فما استيسر من الهدي فمن لم يجد فصيام ثلاثة أيام في الحج و سبعة إذا رجعتم
"Dan siapa yang bertamattu'  dengan umrah kepada hajinya maka apa yang dia mampu dari hadyu (sembelihan). Dan siapa yang tidak mendapati sembelihan (atau tidak mampu) maka puasa tiga hari di waktu haji dan tujuh hari ketika kembali (ke kampung halamannya)."
[QS Al-Baqarah ayat 196]


Wallahu Ta'ala A'lam
Oleh Abu Harits Al-Jawi Asy-Syafii


_
REFERENSI

Mu'nisul Jalis Syarh Yaqut Nafis. Mushthofa Ahmad Abdun Nabi Asy-Syafii. Mesir, Dar Tsamarat Al-Ulum. Cetakan pertama. Tahun 2020.

Al-Fiqh Al-Manhaji 'ala Madzhabil Imam Syafii. Mushthofa Al-Bugho. Mushthofa Al-Khinn. Ali Asy-Syurbaji. Damaskus, Darul Musthofa. Cetakan pertama. Tahun 2019.

Minggu, 15 Januari 2023

,

Dalam ibadah haji, rukun dan wajib haji dibedakan. Adapun rukun, maka jika ditinggalkan hajinya tidak akan dianggap sah hingga dia melakukan rukun tersebut. Dan denda haji (membayar kaffarah haji) tidak akan bisa menggantikannya. Dan itulah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Sedangkan wajib haji akan kita bahas di pertemuan berikutnya insyaallah. 

1. IHRAM
Maksud dari ihram disini adalah niat dalam hati untuk haji. Dan dipersyaratkan niatnya ini diwujudkan ketika di bulan-bulan haji, yaitu Syawwal, Dzulqo'dah, dan 10 pertama Dzulhijjah. Adapun talbiyah dengan lisan masuk dalam ranah sunnah.

2. WUQUF DI AROFAH
Termasuk rukun haji adalah wuquf di Arafah, meskipun hanya sebentar. Dan waktunya dimulai sejak dzuhur tanggal 9 Dzulhijjah hingga shubuh di tanggal 10 Dzulhijjah. Dalam hadits yang masyhur Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan;

الحج عرفة
"Haji adalah di Arofah."

3. THOWAF RUKUN
Thowaf yang masuk ranah rukun disini adalah thowaf yang dilaksanakan selepas wuquf (thowaf ifādhoh).

4. SA'I
Sa'i yaitu berjalan antara bukit Shofa dan Marwah. Adapun sa'i yang dianggap rukun adalah sa'i yang dilakukan setelah thowaf ifādhoh (thowaf rukun).

5. MENCUKUR RAMBUT
Boleh mencukur sebagian saja, atau mencukur habis seluruh rambutnya (gundul). Waktunya dimulai sejak tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah (malam hari nahr) hingga waktu tak terbatas.

6. BERURUTAN UNTUK SEBAGIAN MANASIK
Diantara manasik yang hukum urutannya adalah rukun, adalah;

Pertama, niat (ihram) harus berada sebelum semua manasik yang ada.

Kedua, wuquf di Arafah harus mendahului thowaf rukun dan cukur rambut.

Ketiga, thowaf harus mendahului sa'i.

Jika dilanggar urutan ini, konsekuensinya manasik yang diajukan tidak dianggap sah, dan harus diulangi sesuai urutannya.

Wallahu Ta'ala A'lam
Oleh Abu Harits Al-Jawi Asy-Syāfii

_
REFERENSI

Mu'nisul Jalis Syarh Yaqut Nafis. Mushthofa Ahmad Abdun Nabi Asy-Syafii. Mesir, Dar Tsamarat Al-Ulum. Cetakan pertama. Tahun 2020.

Al-Iqna' fi Halli Alfadz Abi Syujak. Muhammad bin Muhammad Al-Khothib Asy-Syirbini. Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah. Cetakan keenam. Tahun 2021.

Sabtu, 14 Januari 2023

,



Hukum asal dari haji dan umroh adalah wajib; sekali dalam seumur hidup. Sebagaimana firman Allah Ta'ala;

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
"Dan sempurnakanlah haji dan umroh karena Allah Ta'ala."
[QS Al-Baqarah ayat 196]

Namun tidak semua orang wajib melaksanakannya. Ada beberapa syarat sehingga haji serta umroh menjadi wajib atasnya. Berikut adalah syarat-syarat wajib haji;

1. ISLAM
Maka orang kafir tidak ada kewajiban atasnya untuk pergi haji. Adapun orang murtad, jika dia mampu ketika masa murtadnya, maka wajib mengqodho ketika dia kembali Islam.

2. BALIGH
Maka haji tidak wajib bagi anak-anak belum baligh, meskipun kalau dia berhaji, hajinya tetap sah. Dan dianggap sebagai haji sunnah, dimana kalau nantinya dia baligh dan mampu haji, maka wajib baginya berhaji kembali.

3. BERAKAL
Maka orang gila tidak wajib untuk berhaji. Namun diperbolehkan bagi walinya, untuk menghajikan atasnya namun dianggap haji sunnah. Dimana jika dia sadar kelak, dan mampu untuk berhaji, maka wajib berhaji.

4. MERDEKA
Maka tidak sah haji bagi seorang budak, dengan segala jenis perbudakannya.

5. KEMAMPUAN (ISTITHŌ'AH)
Maka orang yang tidak mampu untuk berhaji sendiri, atau tidak mampu dengan mewakilkan kepada orang lain, tidak wajib baginya berhaji. Seperti orang yang memang tidak memiliki harta yang cukup untuk haji.

Namun jika dia tidak mampu untuk melakukan haji sendiri (karena sakit atau tua misalnya), namun bisa mewakilkan kepada orang lain.

Dan syarat kemampuan disini mencakup beberapa aspek;

Pertama, mampu secara finansial. Dimana dia memiliki harta yang cukup untuk pergi haji, diluar dari nafkah yang wajib dia berikan atau hutang yang dimilikinya.

Kedua, jaminan keamanan di perjalanan.

Ketiga, keberadaan sarana transportasi yang memungkinkan untuk berangkat. Dan aspek kedua dan ketiga disini bisa didapatkan di zaman ini melalui travel atau biro perjalanan haji dan umroh yang memang memberikan fasilitas untuk haji. Dimana untuk haji, harus menggunakan visa khusus haji, dan tidak boleh menggunakan visa wisata.

CATATAN
Termasuk ranah syarat wajib adalah keberadaan mahram bagi wanita untuk melaksanakan wajib haji. Atau bisa menggantikan mahram, wanita yang lain yang menemani, atau wanita sendiri dengan syarat jaminan keamanan perjalanan. Berkata Al-Khothīb Asy-Syirbini rahimahullah;

و خروج نحو زوج امرأة كمحرمها أو عبدها أو نسوة ثقات معها لتأمن على نفسها ... و يكفي في الجواز لفرضها امرأة واحدة و سفرها وحدها إن أمنت
"Dan keluarnya wanita bersama pasangan seperti juga mahramnya atau budaknya atau rombongan wanita yang terpercaya agar wanita tersebut aman dalam perjalanannya ...dan boleh wanita pergi  haji (wajib) bersama satu wanita atau bahkan dia sendiri jika bisa dijamin keamanan dalam perjalanannya."
[Al-Iqna' fi Halli Alfādz Abi Syujak. (1/501)]


Wallahu Ta'ala A'lam
Oleh Abu Harits Al-Jāwi Asy-Syāfii

_
Referensi

1. Mu'nisul Jalīs Syarh Al-Yāqūt An-Nafīs. Mushthofa Ahmad Abdun Nabi Asy-Syafii. Mesir, Dār Tsamarāt Al-Ulūm. Cetakan pertama. Tahun 2020.

2. Al-Iqnā' fi Halli Alfādz Abī Syujāk. Al-Khothīb Asy-Syirbinī. Beirut, Darul Kutub Al-Islamiyyan. Cetakan keenam. Tahun 2021.

Minggu, 01 Januari 2023

,



Nama beliau adalah Abdul Malik, dan kunyah beliau adalah Abul Ma’aliy. Beliau juga masyhur dengan julukan Imam Al-Haramain, hal ini karena beliau sempat menjadi mufti di tanah haram Makkah selama kurang lebih empat tahun. Ayah beliau bernama Abdullah, yang terkenal dengan julukan Abu Muhammad Al-Juwaini. Penulis kitab Tabshiroh (fikih), At-Tadzkirah, At-Tafsir Al-Kabir (tafsir), serta murid dari Abu Bakr Al-Qoffal. Terkenal sebagai salah satu ahli fikih madzhab Syafii di zamannya, dan menjadi mufti dan mengajar di Naisabur. Sedangkan kakeknya, yaitu Yusuf Al-Juwaini dikenal sebagai pakar bahasa arab (adiib).

Beliau lahir tahun 419 H di Naisabur, sebuah kota masyhur di daerah Iran sekarang, dari keluarga yang penuh ilmu dan agama. Dan kedua orang tua beliau, tidaklah memberikan makan kepada Al-Juwaini kecil kecuali dari yang benar-benar halal dan jauh dari syubhat. Salah satu kisah yang menakjuban dalam hal ini, dimana suatu hari Al-Juwaini kecil menangis ketika ibunya sedang memasak. Lantas budak perempuan milik tetangganya datang dan menyusuinya. Baru sekali atau dua kali isapan, ayahnya pun mengetahui, maka ayahnya marah. Dan membalik Al-Juwaini kecil memuntahkan semua susu dari budak tersebut, sembari mengatakan;

هَذِه الْجَارِيَة لَيست ملكا لنا وَلَيْسَ لَهَا أَن تتصرف فِي لَبنهَا وأصحابها لم يأذنوا فِي ذَلِك

“Budak perempuan ini bukan milik kita, maka tidak boleh baginya untuk memberikan ASI-nya tanpa izin dari tuannya.” 


Beliau pun mulai belajar Al-Quran dan ilmu syariat yang lain kepada para ulama di kotanya, terkhusus lagi kepada ayahnya, Syaikh Abu Muhammad Al-Juwaini. Hingga ketika umur beliau 20 tahun, ayahnya wafat, dan beliaulah yang menggantikan kedudukan ayahnya, mengajar dan berfatwa. Lalu beliau belajar kepada Abul Qosim Al-Isfirayini murid dari Abul Ishaq Al-Isfirayini, ulama ternama dalam madzhab Syafii di Masjid Al-Baihaqi.


Hingga suatu saat, terjadilah suatu fitnah yang membuat beliau harus pergi dari kotanya Naisabur menuju camp pasukan kerajaan. Lalu beliau pergi menuju Baghdad, belajar dan berdiskusi di sana bersama para ulama, dimana Baghdad pada saat itu juga masih dikenal dengan kota ilmu. Lalu beliau pun pergi ke tanah haram, Makkah. Beliau laksanakan haji, lalu bermukim di sana kurang lebih selama empat tahun. Mengajar, memberi fatwa, bagi para penduduk Makkah dan penduduk kota lain yang datang, termasuk dari kota Madinah. Hingga disematkan julukan Imam Al-Haramain (Imam Dua Tanah Haram) kepadanya.


Kemudian, beliau pun kembali ke kota asalnya, Naisabur, setelah selesai fitnah yang terjadi. Kemudian dibangun untuk beliau madrasah yang sangat terkenal dikemudian hari, Madrasah Nidzomiyyah. Beliau mengajar disana, dan majelisnya selalu dipenuhi dengan para penuntut ilmu. 


Diantara karya tulis beliau, Nihayatul Mathlab wa Diroyatul Madzhab (fikih Syafii), Al-Irsyad (aqidah), Asy-Syamil (ilmu kalam), Al-Burhan (usul fikih), At-Talkhis (usul fikih), Madarikul Uqul (belum terselesaikan), Ar-Risalah An-Nizomiyyah (belum terselesaikan), Al-Ahkam Al-Islamiyyah, Ghiyatsul Umam fit Tayyats Adz-Dzulm, Mughitsul Kholq fi Ikhtibaril Ahaq, Ghunyatul Mustarsyidi. Termasuk juga matan usul fikih yang masyhur, Al-Waroqot.


Dan beliau juga memiliki banyak murid, diantaranya Muhammad bin Hatim Abul Hasan At-Thusi (512 H), Abu Abdillah Al-Farawi Faqih Al-Haram (549 H), dan Imam Al-Ghozali Abu Hamid Muhammad bin Muhammad (505 H).


Beliau wafat di bulan Rabiul Akhir tahun 478 H, dan dimakamkan di dekat makam ayahnya di Naisabur.


Cukuplah kita dengan pujian satu ulama besar yang sezaman dengan Imam Al-Haramain, yaitu Syaikh Abu Ishaq Asy-Syirozi, penulis kitab At-Tanbih, Al-Muhadzdzab, Al-Luma’, dan lainnya. Beliau mengatakan kepada Imam Al-Haramain;


يَا مُفِيد أهل الْمشرق وَالْمغْرب لقد اسْتَفَادَ من علمك الْأَولونَ وَالْآخرُونَ

“Duhai pemberi ilmu penduduk timur dan barat, sungguh telah mengambil ilmu darimu orang yang terdahulu dan belakangan.” 


Diantara petuah-petuah yang beliau sampaikan, menunjukkan beliau rujuk dari ilmu kalam. Sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Thobaqot Syafiiyiin (1/448), bahwa Al-Faqih Abul Fath At-Thobari berkata;


دخلنا مجلس أبي المعالي في مرضه فقال

"Kami pernah bertemu dengan Abul Ma'ali Al-Juwaini dalam majelisnya. Lalu beliau berkata;


اشهدوا علي إني قد رجعت عن كل مقالة تخالف السلف و إني أموت على ما يموت عليه عجائز نيسابور

"Saksikanlah bahwa aku telah rujuk dari semua ucapan yang menyelisihi para ulama salaf. Dan sesungguhnya aku meninggal atas agama yang meninggal dengannya para orang sepuh di Naisabur."


Dan Ibnu Katsir juga menukil ucapan Abu Ma'ali Al-Juwaini dalam kitabnya Risalah Nidzomiyyah;


ذهب أئمة السلف إلى الانكفاف عن التأويل و إجراء الظواهر على مواردها و تفويض معانيها إلى الرب تبارك و تعالى

"Dan para ulama salaf bermadzhab kepada menahan diri dari takwil (ayat-ayat sifat -edt) dan membiarkannya sesuai dhohirnya dan menyerahkan maknanya kepada Rabb Ta'ala."


Wallahu Ta'ala A'lam


Oleh Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi

Pengasuh Fiqhgram


_

Referensi:

1.  Thobaqot Asy-Syafiiyyah Al-Kubro. Tajuddin Abdul Wahhab bin Taqiyuddin As-Subki (w.771 H). Hajr. Cetakan kedua. Tahun 1993.

2.  Thobaqot Asy-Syafi’iyyin. Al-Hafidz Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir (w.774 H). Beirut, Darul Madar Al-Islamiy. Cetakan pertama.

3. Thobaqot Fuqoha Syafiiyyah. Al-Hafidz Ibnu Sholah (w.643 H). Beirut, Darul Basyair Al-Islamiyyah. Cetakan pertama. Tahun 1992.