Kamis, 07 Oktober 2021

,
Mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan yg digandrungi anak muda. Banyak hal yang bisa didapatkan ketika naik gunung. Diantaranya adalah pengalaman, dan perasaan senang juga puas ketika sudah mencapai puncak. Bahkan ada yang mengatakan kalau kita ingin menguji sifat asli teman kita ajaklah dia naik gunung. Akan tetapi ada adab-adab yang perlu diperhatikan sebagai seorang muslim ketika melakukan pendakian. Berikut beberapa panduan seorang muslim yang ingin mendaki gunung.

1. Meniatkan naik gunung karena Allah Ta'ala. Dan berniat untuk mendapatkan hal-hal berfaedah dalam agama. Misalnya untuk bisa mempraktekkan tayammum, mencari arah kiblat ketika sholat, melihat fajar shubuh dan lainnya. Juga bisa dengan niatan untuk menyehatkan tubuh supaya bisa semakin semangat dalam ibadah, atau ingin meningkatkan ukhwah persaudaraan sesama teman. Dan semisalnya.

2. Sebelum berangkat cek semua perlengkapan. Dan juga jangan lupa untuk membaca dzikir-dzikir juga doa sebelum berangkat. Diantara doa yang bisa dibaca antara lain :

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر،{سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ * وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ} اللهم إنا نسألُكَ في سفرنا هذا البرَّ والتقوى، ومن العمل ما ترضى، اللهم هون علينا سفرنا هذا واطو عنا بعده، اللهم أنت الصاحب في السفر، والخليفة في الأهل، اللهم إني أعوذ بك من وعْثاءِ السفر، وكآبة المنظر وسوء المنقلب في المال والأهل
[ HR. Muslim, lihat Hishnul Muslim ]

3. Berhati-hati di perjalanan. Tidak membahayakan pengendara lain di jalan dengan kebut-kebutan dan selainnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang hak-hak jalan :

غَضُّ الْبَصَر، وكَفُّ الأَذَى، ورَدُّ السَّلامِ، وَالأَمْرُ بالْمَعْروفِ، والنَّهْيُ عنِ الْمُنْكَرِ

"Menundukkan pandangan, menahan gangguan, menjawab salam, memerintahkan yg baik dan mencegah kemunkaran."
[ Muttafaq Alaih ]

4. Tidak naik gunung sendirian meski kita sudah tahu rutenya, akan tetapi ajaklah teman. Jika kita tidak faham rute pendakiannya maka ajaklah teman yang faham tentang rute yang akan ditempuh. Supaya tidak tersesat di jalan. Rasulullah shallallahi alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ ، مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ

"Kalau seandainya manusia tahu ketika dia sendirian, tentu dia tidak akan berjalan malam sendirian."
[ HR. Bukhari ]
Dalam hadits lain beliau bersabda :

الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ

"Penunggang sendiri adalah syetan, dua penunggang adalah dua syetan, dan tiga penunggang adalah orang dalam perjalanan."
[ HR. Tirmidzi dan dihasankan ]

5. Ketika melalui medan yang menanjak maka bertakbir dan bertasbih ketika melewati medan yang turun. Sebagaimana atsar dari sahabat Jabir ibn Abdillah radhiyallahu anhu :

كـُـنـّا إذا صعدنا كبـَّرنا، وإذا نزلنا سبَّحْـنا‏

"Dahulu kami jika naik maka bertakbir, jika turun kami bertasbih."
[ HR. Bukhari ]

6. Tidak memutar musik ketika di perjalanan. Atau melakukan perbuatan maksiat. Karena ini bisa mengundang setan yang bisa saja mereka akan menyesatkan pendaki ketika perjalanan. Termasuk dalam hal ini adalah berikhtilat ( bercampur baur ) antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditemani mahram juga tidak dalam kondisi darurat. Atau juga berkholwat ( berdua-duaan ) antara laki-laki dan perempuan yg bukan mahramnya.

7. Ketika sampai di tempat bermalam, maka membaca dzikir yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :

أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق

[ HR. Muslim ]

Dalam redaksi lain dengan lafadz yang lebih lengkap :
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ، مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ وَذَرَأَ وَبَرَأَ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنْ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الْأَرْضِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ
[ HR. Ahmad dan Thabrani, lihat Ash-Shahih Al-Jami' ]

8. Bertayammum jika berada di daerah gunung yang tidak ada sumber air ( seperti danau atau sungai ) di area bermalam kita. Jika ada sumber air maka tetap berwudhu kecuali jika memang cuaca sangat dingin sekali.

9. Boleh menjama' dan mengqashar shalat jika jarak yang ditempuh dari rumah ke tujuan ( puncak ) kurang lebih 86 km. Jika kurang dari itu maka shalat biasa tidak di qashar. Sebelum shalat pun hendaknya berusaha mencari arah kiblat, bisa dengan kompas atau melihat matahari. Dan memeriksa tempat dan pakaian kita tidak terkena najis sebelum shalat. Boleh memakai pakaian yang terkena debu perjalanan selama tidak terkena najis yang tidak dimaafkan.

10. Tidak buang air besar atau kecil di lubang-lubang tanah, di rute pendakian, di bawah pohon atau tempat berteduhnya para pendaki, dan di sumber air jika ada.

11. Membawa turun sampah ke bawah dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Karena menjaga kebersihan lingkungan termasuk salah satu ajaran dalam Islam.



Mojokerto, 6 Juli 2019
Abu Harits Al-Jawi Asy-Syafi'i