Senin, 28 Juli 2025

IBNU HAJAR AL-HAITAMI GERAM TERHADAP PENGHALALAN MUSIK


Kitab ini dimulai, dari sebuah jamuan makan-makan di pertengan bulan Rabiul Awwal, tahun 958 H. Terjadilah sebuah obrolan ilmiyyah, hingga menyentuh kepada hukum masalah musik-musik dan nyanyian. Maka Ibnu Hajar (w.874 H) menjawab dengan jawaban yang cukup tajam, akan hal tersebut. Namun, sebagian yg hadir ada yang menyampaikan, bahwa ada kitab yang berjudul Farhul Asmaa' bi Rukhos As-Samaa' karya Syaikh Muhammad As-Syadzili, seorang syaikh dan mursyid dari thoriqoh tertentu. Maka, Ibnu Hajar pun membantah syubhat yang ada di dalam kitab tersebut.

Hingga jamuan pun selesai, dan Ibnu Hajar  pun kembali ke rumahnya. Selang beberapa waktu, ada seorang pembesar Makkah yang memberikan hadiah kepada beliau kitab Farhul Asmaa' tersebut. Maka, beliau pun membantah kitab tersebut, dengan membuat kitab tandingannya, yang berjudul Kaff Ar-Ro'aa' 'an Muharromaat As-Samaa'. Yang terjemahannya kurang lebih, Menahan Orang-Orang Bodoh Dari Hiburan Suara Yang Haram.

Di kitab ini pun, beliau membahas dalil-dalil yang berhubungan dengan nyanyian dan musik, hukum senandung suara tanpa alat musik, hukum alat musik yang dipukul, hukum alat musik yang ditiup, hukum alat musik yang berdawai, dan ditutup dengan beberapa alat-alat hiburan dan permaianan tertentu.

***
Sebelum beliau mulai membahas hukum, sebagai muqoddimah dan pengantar, beliau sebutkan dalil-dalil yg berhubungan dengan masalah terkait. Dimana, beliau menyebutkan, kurang lebih ada 24 riwayat hadits dan atsar, serta 2 ayat sebagai peringatan. Riwayat tersebut berasal dari 13 sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Salah satu yg menarik di bab ini, ketika beliau membawakan hadits Ibnu Mas'ūd radhiyallahu anhu yg marfū';

الغناء ينبت النفاق في القلب كما ينبت الماء البقل
"Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam hati, sebagaimana air menumbuhkan sayuran." [ HR.Abu Dawud, Ibn Abid Dunya dalam Dzammul Malāhiy, As-Suyūthiy dalam Al-Jāmi' As-Shoghīr ]

Beliau menyampaikan;

و اعلم أن بعض الصوفية الذين لا يعرفون مواقع الألفاظ و مدلولاتها قال؛ المراد بالغناء هنا غنى المال.اه‍ و كأنه لم يفرق بين الغناء الممدود و المقصور إذ الرواية إنما هي الغناء بالمد. و أما غنى المال فهو مقصور لا غير، ذكره الأئمة.
"Ketahuilah, bahwa sebagian orang shufi yg tidak mengetahui lafadz Arab dan maknanya, mengatakan; maksud kata al-ghinā adalah kekayaan harta.

Hal ini terjadi, seolah mereka tidak bisa membedakan antara kata al-ghinā dengan hamzah (isim mamdūd) dan al-ghinā dengan alif maqshūroh (isim maqshūr). Yg disebutkan dalam riwayat di atas itu, dengan hamzah, bukan alif, sedangkan kekayaan itu dengan alif, sebagaimana disebutkan oleh para ulama." (Hal,32)

Wallahu Ta'ala A'lam

***

Seri Bedah Kitab Kaff Ar-Ro'aa'  |  Chapter 1

Oleh Danang Santoso

Founder & Pengasuh Fiqhgram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar