Dalam internal madzhab Syafiiy juga ulama di luar madzhab, para fuqoha terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan, hukumnya adalah haram. Dan ini pendapat Al-Millibāriy penulis Fathul Mu'īn, Al-Adzro'iy, Al-Halīmiy, Al-Qoffāl As-Syāsyi, serta yg nampak dari nash Imam Syafii dalam Al-Umm. Sebagaimana disampaikan oleh Sayyid Al-Bakriy;
واعترضه ابن الرفعة في حاشية الكافية بأن الشافعي رضي الله عنه نص في الأم على التحريم. قال الزركشي: وكذا الحليمي في شعب الإيمان. وأستاذه القفال الشاشي في محاسن الشريعة. وقال الأذرعي: الصواب تحريم حلقها جملة لغير علة بها، كما يفعله القلندرية
"Ibnu Rif'ah membantahnya dalam Hasyiyah Al-Kāfi bahwa Imam Syafii dalam kitabnya Al-Umm menyatakan haram. Az-Zarkasyi menyatakan; demikian pula pendapat Al-Halīmiy dalam Syu'abul Imān, serta gurunya Al-Qoffāl As-Syāsyiy dalam Mahāsin As-Syarī'ah. Al-Adzro'iy menyatakan; yg benar adalah haram mencukur habis jenggot tanpa ada alasan, sebagaimana yg dilakukan sekte Al-Qolandariyyah." [ I'anatut Tholibīn (2/386) ]
Dalam Fathul Mu'i disebutkan;
ويحرم حلق لحية
"Dan haram mencukur habis jenggot."
***
Dalil pendapat ini, adalah dhohir sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam;
أحْفُوا الشَّوارِبَ وأعْفُوا اللِّحى
"Tipiskanlah kumis-kumis dan biarkanlah jenggot-jenggot." [ HR.Muslim (259) ]
Dalam redaksi yg lain;
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّروا اللِّحى، وأحْفُوا الشَّوارِبَ
"Selisihilah orang-orang musyrik, panjangkan jenggot, dan pendekkan kumis-kumis." [ HR.Bukhari (5892) ]
Sisi pendalilannya, bahwa hadits-hadits ini memerintahkan untuk membiarkan jenggot. Dan hukum asal perintah bermakna wajib. Maka, menyelisihi kewajiban adalah haram.
***
Pendapat kedua dalam madzhab, bahwa mencukur jenggot hukumnya adalah makruh, bukan haram. Dan ini adalah pendapat mu'tamad dalam madzhab Syafii dan sebagian ulama lain. Sebagaimana ini adalah pendapat Imam Nawawi, Imam Rofi'i, Syaikhul Islam Zakariya, Ibnu Hajar, Khothib Syirbini, dan Ar-Romliy. Yang kesemuanya adalah para pentahqīq madzhab. Hal ini, sebagaimana disampaikan oleh Sayyid Bakriy;
(قوله: ويحرم حلق لحية) المعتمد عند الغزالي وشيخ الإسلام وابن حجر في التحفة والرملي والخطيب وغيرهم: الكراهة.
"(Dan ucapannya: dan haram mencukur jenggot), pendapat mu'tamad menurut Al-Ghozaliy, Syaikhul Islam, Ibnu Hajar dalam At-Tuhfah, Ar-Romli, Khothib, dan selainnya; adalah makruh." [ I'anatut Tholibīn (2/386) ]
Juga beliau nukilkan yg lainnya;
(فائدة) قال الشيخان: يكره حلق اللحية
"Berkata syaikhon (Rofiiy dan Nawawi); dimakruhkan mencukur jenggot." [ Idem ]
***
Dalil pendapat kedua ini, diantaranya;
Pertama, bahwa perintah memanjangkan jenggot dalam hadits-hadits yg disebutkan, tidak bermakna wajib; akan tetapi dibawa ke rana sunnah. Hal ini dengan faktor pemaling (shōrif) dari hukum wajib, dua hal:
a. Perkara jenggot itu masuk dalam ranah 'ādāt dan bukan ibādāt. Maka, hukum asal dalam 'ādāt adalah mubah. Dan kalau ada perintah dalam hal 'ādāt, hukum asalnya adalah sunnah.
b. Penyebutan perintah memanjangkan jenggot, disebutkan dan dikelompokkan dengan perkara-perkara lain yg hukumnya sunnah. Seperti mencukur kumis. Dan kita tahu, memanjangkan kumis, tidak dihukumi haram. Maka disini, masalah yg sama hukumnya, dikumpulkan dalam satu hadits.
Kedua, riwayat dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma;
رأيتُ ابنَ عمرَ يقبِضُ علَى لحيتِهِ فيقطعُ ما زادَ علَى الكَفِّ
"Aku melihat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma menggenggam jenggotnya, lalu mencukur yg melebihi genggaman telapak tangannya." [ HR.Abu Dawud (11) ]
Seandainya mencukur jenggot itu haram, tidak mungkin sahabat yg mulia Ibnu Umar berani mencukur jenggotnya. Dimana beliau yg terkenal sebagai salah satu sahabat yg sangat mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
***
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, kami membuat sebuah kesimpulan dalam beberapa poin;
Pertama, hukum mencukur jenggot adalah makruh sesuai pendapat mu'tamad madzhab Syafiiy, sesuai dg kuatnya hujjah dan penalaran yg disampaikan, menurut henat penulis.
Kedua, meskipun hukumnya makruh, tetap saja seorang muslim tetap menjaga jenggotnya. Karena dia adalah salah satu identitas pribadi muslim, dari generasi ke generasi. Wallahu ta'ala a'lam.
Jombang, 15 September 2025
Danang Santoso
• Alumni Mahad Aliy Al-Aimmah
• Santri Mahad Nawawi Takhossus Fiqh Syafii
• Pengasuh Fiqhgram