Jumat, 03 Oktober 2025

HUKUM IKHTILAT


TANYA:

Bismillah 

Ustaz, izin bertanya ustaz, bagaimana definisi yang benar mengenai ikhtilath diantara guru-guru dalam sebuah lembaga pendidikan, ustaz?

Hamba Allah, 08228349xxxx


JAWAB:

Makna dari ikhtilat adalah keberadaan antara laki-laki dan wanita lebih dari satu di tempat yg sama tanpa penyekat. Maka, hukumnya adalah mubāh (lihat disini). Namun, hukum mubāh ini dengan beberapa catatan;


Pertama, tidak diperbolehkan adanya kholwah (berduaan hanya antara lelaki dg perempuan di tempat yg tidak dijangkau pandangan manusia). Landasannya, sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam;


لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ؛ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

"Tidaklah seorang lelaki berduaan dg seorang wanita, kecuali yg ketiga adalah setan."


Dan kholwat ini ada perincian, sebagaimana dijelaskan oleh para fuqoha;


• Jika dia seorang wanita, maka tidak berduaan dg lelaki; baik 1 lelaki, 2 lelaki, sampai 3 lelaki, dan masih dianggap kholwat. Karena sisi ittihām bi wuqū' al-mafsadah (perkiraan terjadi mafsadah) lebih besar.


• Jika dia seorang lelaki, maka jika seorang wanita ditemani wanita yg lainnya, maka sudah tidak termasuk kholwat. Karena 'adam al-mafsadah ghōliban (secara umum, tidak memunculkan mafsadah), karena wanita punya rasa malu dg sesama wanita.


Imam Nawawi (w.676 H) berkata;


والمشهور جواز خلوة رجلٍ بنسوةٍ لا محرم له فيهن؛ لعدم المفسدة غالبًا؛ لأن النساء يستحين من بعضهن بعضًا في ذلك

"Pendapat masyhūr dalam madzhab, kebolehan seorang lelaki bersama dg para wanita yg bukan mahramnya; karena ketiadaan mafsadah pada umumnya. Karena para wanita saling memilki rasa malu, antara satu dg lainnya."

[ Al-Majmū' Syarh Al-Muhadzdzab. Dārul Fikr. (7/86) ]


Syaikh Sulaiman Al-Jamal (w.1204 H) menyatakan;


يجوز خلوة رجلٍ بامرأتين ثقتين يحتشمهما، وهو المعتمد

"Boleh bagi seorang lelaki, bersama dua oramg wanita yg tsiqoh (terpercaya penjagaan dirinya) yg lelaki itu punya rasa malu terhadap keduanya, dan ini pendapat mu'tamad."

[ Hāsyiyah Al-Jamal 'ala Syarh Al-Manhaj. Dārul Fikr. (4/466) ]


Adapun sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam;


لا يَدْخُلَنَّ رَجُلٌ بَعْدَ يَومِي هذا علَى مُغِيبَةٍ، إلَّا ومعَه رَجُلٌ أوِ اثْنَانِ

"Tidak boleh seorang lelaki setelah hari ini, menjumpai seorang wanita kecuali ditemani seorang laki-laki lain, atau dua orang lainnya." [ HR.Muslim (2173) ]


Maka Imam An-Nawawi (w.676 H) menjelaskan;


ثم إن ظاهر هذا الحديث جواز خلوة الرجلين أو الثلاثة بالأجنبية، والمشهور عند أصحابنا تحريمه، فيتأول الحديث على جماعةٍ يبعد وقوع المواطأة منهم على الفاحشة لصلاحهم أو مروءتهم أو غير ذلك، وقد أشار القاضي إلى نحو هذا التأويل

"Lalu, dhōhir dari hadits ini menunjukkan bolehkan dua atau tiga orang lelaki bersama seorang wanita ajnabiyyah. Sedang pendapat yg masyhūr fuqoha Syafi'iyyah; hal ini diharamkan (tetap sehukum dg kholwat, bukan ikhtilat -edt). Maka, hadits ini ditakwilkan jika ini terjadi dari kelompok orang yg tidak mungkin terjadi kesepakatan untuk melakukan perbuatan keji; karena kesalihan dan murū'ah, atau semacamnya. Sebagaimana telah diisyaratkan oleh Al-Qōdhī tentang takwil semacam ini."

[ Syarh Shohīh Muslim. Al-Mathba'ah Al-Mishriyyah, Al-Azhar. (14/155) ]


Kedua, harus menutup aurot secara sempurna. Maka, jika wanitanya tidak menutup aurot, diharamkan adanya ikhtilath. Dalilny, firman Allah ta'ala;


وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ﴾ [الأحزاب: 53]

"Dan jika kalian meminta kepada para wanita atas suatu benda, maka mintalah dari balik hijabnya."

[ QS Al-Ahzab ayat 53 ]


Juga hadits;


أنَّ أسماءَ بنتَ أبي بكرٍ دخلتْ على النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وعليها ثيابٌ رقاقٌ فأعرض عنها وقال يا أسماءُ إنَّ المرأةَ إذا بلغتِ المحيضَ لم تصلحْ أن يُرَى منها إلَّا هذا وأشار إلى وجهِه وكفِّه

"Bahwa Asmā binti Abi Bakr menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan dia memakai pakaian yg tipis, maka beliau pun berpaling darinya. Dan bersabda ((Wahai Asmā, sesungguhnya wanita jika sudah haid, tidak layak terlihat darinya kecuali ini -beliau berisyarat kepada wajah dan telapak tangan-))."

[ HR.Abu Dawud (4104) ]


Ketiga, harus saling menjaga pandangan baik yg laki-laki ataupun wanita. Tidak boleh memandang secara terus menerus, hanya sekilas yg kiranya dibutuhkan. Allah ta'ala berfirman;


قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ

"Katakan kepada para lelaki mukmin untuk menundukkan pandangan mereka."


Dan Allah ta'ala juga berfirman;


وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ

"Dan katakan pula pada para wanita mukminah hendaknya menundukkan pandangan mereka."

[ QS An-Nūr ayat 30-31 ]


Keempat, menjaga jarak sehingga tidak terjadi sentuhan antara laki-laki dan wanita. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

لأن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له

"Sungguh, kepala seseorang ditusuk dg jarum dari besi lebih baik daripada menyentuh wanita yg bukan mahramnya."

[ HR.At-Thobrōni dalam Al-Kabīr (20/212) ]


Kesimpulan, hukum asalnya ikhtilāth (campur baur antara laki-laki dengan wanita) adalah boleh, apalagi jika ada kebutuhan seperti rapat sekolah, di kendaraan umum, pasar, dan semisalnya. Namun, dengan tetap memperhatikan syarat-syaratnya. Wallahu ta'ala a'lam.


***

Jombang, 4 Oktober 2025

Danang Santoso

• Alumni Mahad Aliy Al-Aimmah

• Santri Mahad Nawawi Takhossus Fiqh Syafii

• Pengasuh Fiqhram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar